"Tak Seorang pun Dapat Memprediksi Seberapa Besar Sukses yang Akan Kita Capai, bahkan Kita Sendiri pun Tak Akan Pernah Tahu, Jika Kita Tak Pernah Memulai..."

21 Desember 2011

Kisah Nyata: Sri Sultan HB IX Kena Tilang di Pekalongan

Sumber: GPMR@yahoogroups.com

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960-an menyambut fajar dengan kabut tipis, pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. Kudapan nasi megono khas pekalongan pagi itu menyegarkan tubuhnya yang gagah berbalut seragam polisi dengan pangkat brigadir.

Becak dan delman amat dominan masa itu , persimpangan Soko mulai riuh dengan bunyi kalung kuda yang terangguk angguk mengikuti ayunan cemeti sang kusir.Dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman. Brigadir Royadin memandang dari kejauhan,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju ke arahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.

Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan
memberi hormat.

“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna. “Boleh ditunjukan rebuwes!” Ia meminta surat surat mobil berikut surat ijin mengemudi kepada lelaki di balik kaca , jaman itu surat mobil masih diistilahkan rebuwes.

Perlahan , pria berusia sekitar setengah abad menurunkan kaca samping secara penuh.



“Ada apa pak polisi?” Tanya pria itu. Brigadir Royadin tersentak kaget, ia mengenali siapa pria itu . “Ya Allah…sinuwun!” kejutnya dalam hati. Gugup bukan main namun itu hanya berlangsung sedetik , naluri polisinya tetap menopang tubuh gagahnya dalam sikap sempurna.

“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” Ia memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dirinya tak habis pikir , orang sebesar sultan HB IX mengendarai sendiri mobilnya dari jogja ke pekalongan yang jauhnya cukup lumayan, entah tujuannya kemana.

Setelah melihat rebuwes, Brigadir Royadin mempersilahkan Sri Sultan untuk
mengecek tanda larangan verboden di ujung jalan, namun sultan menolak.

“Ya ..saya salah, kamu benar, saya pasti salah!” Sinuwun turun dari sedannya dan menghampiri Brigadir Royadin yang tetap menggengam rebuwes tanpa tahu harus berbuat apa.

“Jadi…?” Sinuwun bertanya, pertanyaan yang singkat namun sulit bagi
brigadir Royadin menjawabnya.

“Em..emm ..bapak saya tilang , mohon maaf!” Brigadir Royadin heran, sinuwun tak kunjung menggunakan kekuasaannya untuk paling tidak bernegosiasi dengannya, jangankan begitu, mengenalkan dirinya sebagai pejabat Negara dan Rajapun beliau tidak melakukannya.

“Baik..brigadir, kamu buatkan surat itu, nanti saya ikuti aturannya, saya harus segera ke Tegal!” Sinuwun meminta brigadir Royadin untuk segera membuatkan surat tilang. Dengan tangan bergetar ia membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut sinuwun menyebutkan bahwa dia berhak mendapatkan dispensasi. “Sungguh orang yang besar…!” begitu gumamnya.

Surat tilang berpindah tangan, rebuwes saat itu dalam genggamannya dan ia menghormat pada sinuwun sebelum sinuwun kembali memacu Sedan hitamnya menuju ke arah barat, Tegal.

Beberapa menit sinuwun melintas di depan stasiun pekalongan, brigadir Royadin menyadari kebodohannya, kekakuannya dan segala macam pikiran berkecamuk. Ingin ia memacu sepeda ontelnya mengejar Sedan hitam itu tapi manalah mungkin. Nasi sudah menjadi bubur dan ketetapan hatinya untuk tetap menegakkan peraturan pada siapapun berhasil menghibur dirinya.****

Saat aplusan di sore hari dan kembali ke markas, Ia menyerahkan rebuwes kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut,lalu kembali ke rumah dengan sepeda abu-abu tuanya.

Saat apel pagi esok harinya, suara amarah meledak di markas polisi Pekalongan, nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh-gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur. .ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , di tangannya rebuwes milik sinuwun pindah dari telapak kanan ke kiri bolak-balik.

“Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun..biarkan
lewat, wong kamu tahu siapa dia, ngerti nggak kowe sopo sinuwun?”
Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

“Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.

“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku-kaku, kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang, bisa sampai Menteri !”
Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah, apa pun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi, yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja. .memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun,masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar, keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikutsertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota Pekalongan selatan.

Suatu sore, saat belum habis jam dinas, seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin, ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan Soko.

“Siap pak!” Royadin menjawab datar.

“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan,untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan, ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.

“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana, pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat!” Cetus pak komisaris, disodorkan surat yang ada di genggamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya: “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja, sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan brigadir Royadin bergetar, namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini.

“Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan, ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya!” Brigadir Royadin bergetar, ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX, Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

July 2010, saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga di pekalongan, saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya. Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya, sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya, pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme
yang selalu dipegangnya erat-erat, yaitu ketegasan dan kejujuran.

Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati. Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.

Depok June 25′ 2011
Aryadi Noersaid

*Update terakhir tentang penulis artikel*: Bp Aryadi Noersaid saat ini
tinggal di Depok, Saya sempat konfirmasi via SMS kepada penulis untuk
memastikan dan meminta comment atau pernyataan dari beliau.

Sumber:
http://jogjakini. wordpress. com/2011/ 12/09/kisah- nyata-ketika- sri-sultan- hb-ix-terkena- tilang-di- pekalongan/

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

24 November 2011

Keajaiban Sabar

A TRUE STORY, THE MIRACLE OF SABAR..

Oleh:
NURUDDIN AL INDUNISSY - RIYADH 2011
http://www.facebook.com/Nuruddin.Al.Indunissy.OfficialPage


Brother and Sisters in Islam.

Sahabat sahabat mulia yang dimuliakan Allah dalam jemaah Ramadhan ini.

Hidup diluar negeri itu memang berat, bisa jadi teramat berat jika kita tidak memiliki keahlian tertentu yang membuat diri kita memiliki 'nilai jual'.
Bekerja diluar negeri itu keras..
Apa lagi berada diantara dikerasnya nuansa timur tengah.
Jika masih ada pilihan lain, sebaiknya jangan mencoba menjatuhkan pilihan di negeri yang tak ramah ini. Negeri sendiri adalah tempat terbaik yang tidak akan pernah tergantikan.
Teman saya, mengatakan "Di desa itu justru indah. Disana kita bisa menanam padi untuk makan, disana ada danau atau sungai dimana kita bisa mengambil ikan sebagai teman nasi, kalau kita butuh sayur juga tinggal tanam atau beli dengan harga murah.."
Saya bergumam dalam hati, "Iyah benar.." Di Indonesia masih bisa santai saat ac mati. Tapi di timur tengah?
Kulit pasti tak akan tahan, udara rata rata kadang hingga 50 derajat celcius.
Negeri ini adalah hamparan gurun tandus,badai debu bisa datang kapan saja menyelimuti kota, menyesakan nafas nafas dan memperpendek jarak pandang.
Disini beda dengan suasana di Ciwalk - Bandung..
Setiap sore hingga malam seru dengan pejalan kaki santai..
Si akang tukang cireng laris dikerumuni remaja atau mahasiswa hingga larut malam.

Tapi ditimur tengah?
Disini tak ada pedagang asongan, jangan harap bisa menemukan warteg dengan paket nasi goreng plus teh botol..
Disini hampir tidak terlihat pejalan kaki..
Disini tidak ada mikrolet atau angkot kuning jurusan setiabudi - cicaheum..
Disini hanya ada taksi, dan tak ada cerita jalan kaki..
Kehidupan jalan tak ramah.
Gedung gedung garang dan angkuh.
Kota ini tidak ramah
Tak ada celah bagi yang belum siap berjuang dengan segala keahlian untuk menaklukannya.

Tapi meski demikian..
Banyak para pekerja yang datang ke negeri ini..
Di hotel tempat saya bekerja saja ada sekitar 700 orang dari 17 Negara berbeda..
Saya mengenal banyak dari mereka.
Ada beberapa dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka dan kebanyakan dari Mesir dan Saudi Arabia sendiri.

Ada beberapa dari mereka dari suku Arab yang tinggal dibenua Afrika. Salah satunya adalah teman dari Negara Sudan, Afrika. Saya mengenalnya dengan nama Ammar Musthafa, dia salah satu Muslim kulit hitam yang juga bekerja di Hotel ini.
Beberapa bulan ini saya tidak lagi melihatnya berkerja.
Biasanya saya melihat ia bekerja bersama pekerja lainnya menggarap proyek renovasi hotel di tengah terik matahari kota riyadh yang membakar kulit.
Hari itu Ammar tidak terlihat.
Karena penasaran, saya coba tanya kepada Iqbal tentang kabarnya. Iqbal adalah teman saya, seorang Muslim dari Srilanka.
"Oh kamu tidak tahu?"
Jawab iqbal balik bertanya, memakai bahasa Ingris khas India yang bercampur dengan prononsiasi urdhu yang pekat.
"Iyah beberapa minggu ini dia gak terlihat di Mushola ya?" Jawab saya.
Selepas itu, tanpa saya duga ikbal bercerita panjang lebar tentang Ammar.
Dia menceritakan tentang hidup Ammar yang pedih dari awal hingga akhir, semula saya keheranan melihat matanya yang menerawang jauh.
Seperti berusaha memanggil kembali sosok teman yang beberapa waktu tinggal menumpang dikamar apartemennya.
Saya mendengarkan dengan seksama.
Ternyata Amar datang ke kota Riyadh ini lima tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 2004.
Ia datang ke Negeri ini dengan tangan kosong, dia nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di Kota ini.
Saudi arabia memang memberikan free visa untuk Negara Negara Arab lainnya termasuk Sudan, jadi ia bisa bebas mencari kerja disini asal punya Pasport dan tiket.
Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat.
Do'a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal di apartemen teman temannya.
Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan untuk keluarganya di Sudan. Ia tetap mencari celah dan kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan.
Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat...
Bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir..
Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di Kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana Kota yang garang.
Amar tetap bertahan dalam kesabaran.
Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah atau seteguk air dari sungai..
Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing.
Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia.
Hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Dihampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun..
Amar seperti terjerat di belantara Kota ini.
Pulang ke Sudan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya di negeri Sudan.
Itu tekadnya.
Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya.
Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan dahaga untuk raganya disini.
Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan haus dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan.
Tapi Ammar pun Manusia.
Ditahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, lima tahun sudah ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya. Tapi kehidupannya tidak kunjung berubah.
Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Sudan.
Tekadnya telah bulat untuk kembali menemui keluarganya, meski dengan tanpa uang yang ia bawa untuk mereka yang menunggunya.
Saat itupun sebenarnya ia tidak memiliki uang, meski sebatas uang untuk tiket pulang.
Ia memaksakan diri menceritakan keinginannya untuk pulang itu kepada teman terdekatnya. Dan salah satu teman baik amar memahaminya, ia memberinya sejumlah uang untuk beli satu tiket penerbangan ke Sudan.
Hari itu juga Ammar berpamitan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan niat untuk kembali ke keluarganya dan mencari kehidupan di sana saja.
Ia pergi ke sebuah Agen di jalan Olaya- Riyadh, utuk menukar uangnya dengan tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini sulit didapat karena imbas konflik di Libya, Negara tetangganya.
Tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja.
Ammar pun beli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya.
Ia memesan dari saat itu supaya bisa lebih murah. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan.
Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya.
Tadi pagi ia tidak sarapan karena sudah tidak sanggup lagi menahan malu sama temannya, siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan kebiasaan itu.

Adzan dzuhur bergema..
Semua Toko Toko, Supermarket, Bank, dan Kantor Pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security Kota berjaga jaga di luar kantor kantor, menunggu hingga waktu Shalat berjamaah selesai.
Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh.
Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu.. memabasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air.
Lalu ia masuk mesjid.
Shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid.
Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah.
Hanya disetiap shalat itulah dia merasakan kesejukan,
Ia merasakan terlepas dari beban Dunia yang menindihnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit dalam sujudnya.
Disanalah ia biasanya mengadu kepada kekasihnya..
Ia mewarnai setiap sujudnya dengan isakan ketulusan, menghambakan dirinya kepada Allah azza wajala..
Shalat telah selesai.
Ammar masih bingung untuk memulai langkah.
Penerbangan masih seminggu lagi.
Ditangannya hanya ada selembar tiket..
Sakunya telah kering dari minggu lalu. Semua uang yang ia dapati dari hasil kerjanya satu bulan terakhir dikirim kerumah untuk makan anak anak dan istrinya.
Ia diam.
Dilihatnya beberapa mushaf al Qur'an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengmbil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan menikmati al Qur'an hingga adzan Ashar tiba menyapanya.
Selepas Maghrib ia masih disana.
Beberapa hari berikutnya, ia memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba.
Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya.
Seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota itu.
Ammar mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing menyapa.
Adzannya memang khas.Hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince di kota itu juga terpanggil untuk shalat Subuh berjamaah disana.
Adzan itu ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh.
Hingga jadwal penerbanganpun tiba.
Ditiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya.
Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota.
Amar sudah duduk diruang tunggu dibandara.
Penerbangan sepertinya sedikit ditunda, 15 menit sudah berlalu dari jadwal ia terbang. Kecemasan mulai meliputinya.
Hatinya pilu, ia harus pulang kenegerinya tanpa uang sedikitpun,
Padahal lima tahun ini tidak sebentar, tapi ia tidak gentar. Lima tahun itu ia lalui dengan sisa sisa kesabarannya, ia lega karena sudah berusaha semaksimal mungkin. Ia memahami bahwa dunia ini hanya persinggahan.
Ia tidak pernah mencemari kedekatannya dengan pemilik Alam semesta ini dengan keluhan. Ia tetap berjalan tertatih memenuhi kewajiban kewajibannya, sebagai Hamba Allah, sebagai Imam dalam keluarga dan ayah buat anak anaknya.
Diantara lamunan kecemasannya, ia dikejutkan oleh suara yang memanggil manggil namanya. Suara itu datang dari speaker dibandara tersebut, rasa kagetnya belum hilang Ammar dikejutkan lagi oleh sekelompok berbadan tegap yang menghampirinya.
Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata "Prince memanggilmu".
Ammarpun semakin kaget jika ia ternyata mau dihadapkan dengan Prince.

Prince adalah Putra Raja, kerajaan Saudi tidak hanya memiliki satu Prince. Prince dan Princess mereka banyak tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini. Mereka memilii Palace atau Istana masing masing.
Keheranan dan ketakutan Ammar baru sirna ketika ia sampai di Mesjid tempat ia menginap seminggu terakhir itu, disana pengelola masjid itu menceritakan bahwa Prince merasa kehilangan dengan Adzan fajar yang biasa ia lantunkan.
Setiap kali Ammar adzan Prince selalu bangun dan merasa terpanggil..
Hingga ketika adzan itu tidak terdengar lagi, Prince merasa kehilangan. Saat mengetahui bahwa sang Muadzin itu ternyata pulang kenegerinya Prince langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar yang saat itu sudah mau terbang..

Ammar sudah berhadapan dengan Prince.
Prince menyambut Ammar dirumahnya, dengan beberapa pertanyaan tentang alasan kenapa ia tergesa pulang ke Sudan?
Amarpun menceritakan bahwa ia sudah lima tahun di Kota Riyadh ini, tapi tidak pernah mendapatkan kesempatan kerja dengan gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya.
Prince mengangguk nganguk, ia bertanya: "Berapakah gajihmu dalam satu bulan?"
Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji sama sekali, bahkan berbulan bulan tanpa gaji dinegeri ini.
Prince memakluminya.
Beliau bertanya lagi: "Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu terima?"
Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun kebelakang. Ia lalu menjawabnya dengan malu: "Hanya SR 1.400", jawab Ammar.
Prince langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menghitung uang.
1.400 Real itu dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (Setara Rp. 184. 800.000).
Saat itu juga bendahara Prince menghitung uang dan menyerahkannya kepada Amar.
Tubuh Amar bergetar melihat keajaiban dihadapannya.
Belum selesai bibirnya mengucapkan Al Hamdalah...
Prince baik itu menghampiri dan memeluknya seraya berkata:
"Aku tahu, cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan..
Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini. Lalu kembali lagi setelah 3 bulan. Saya siapkan tiketnya untuk kamu dan keluargamu kembali ke Riyadh.
Jadilah Bilall dimasjidku.. hiduplah bersama kami di Palace ini"
Ammar tidak kuasa lagi menahan air matanya.
Ia tidak terharu dengan jumlah uang itu, uang itu memang sangat besar artinya di negeri Sudan yang miskin.
Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikannya, kesabarannya selama lima tahun ini diakhiri dengan cara yang indah.
Ammar tidak usah lagi membayangkan hantaman sinar matahari disiang hari yang membakar kulitnya. Ammar tidak usah lagi memikirkan kiriman tiap bulan untuk anaknya yang tidak ia ketahui akan ada atau tidak.
Semua berubah dalam sekejap!
Lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar.
Tapi masa yang teramat singkat untuk kekuasaan Allah.
Nothing Imposible for Allah,
Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah..
Bumi inipun Milik Allah,..
Alam semesta, Hari ini dan Hari Akhir serta Akhirat berada dalam Kekuasaan Nya.
Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan.
Ini adalah cerita nyata yang tokohnya belum beranjak dari kota ini, saat ini Ammar hidup cukup dengan sebuah rumah di dalam Palace milik Prince.
Sungguh ia dianugerahi oleh Allah di Dunia ini hidup yang baik, ia menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh.
Tidak sadar mata saya berkaca kaca..
Iqbal yang berceritapun terlihat mengeluarkan sapu tangan dan mengusapkan kewajahnya.

Subhanallah...

Seperti itulah buah dari kesabaran.
‎"Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya.
Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran karena sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya".

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ


"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar". (Al Fushilat 35)

Allahuakbar!

Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya

17 November 2011

Hati-Hati Berkata pada si Buah Hati


Kata-Kata Negatif Bisa Membunuh Karakternya yang Baik

04 November 2011

Mengapa Orang Kaya Semakin Kaya?

Kenapa orang kaya semakin kaya, kelas menengah bergumul terus, dan yang miskin bablas miskin?

Kenapa orang kaya semakin kaya ?, karena begitu orang kaya penghasilannya bertambah besar maka gaya hidupnya sementara tetap (menunda kesenangan). Penghasilan yang lebih ini diinvestasikan kedalam asset (beli saham yang menghasilkan deviden, rumah kost kost-an, ruko yang dikontrakkan, Mall yang disewakan, sarang walet, usaha-usaha yang menghasilkan, dll). Sedemikian sehingga penghasilan mereka bertambah besar. Dan ketika penghasilan mereka bertambah besar lagi, mereka investasikan lagi ke dalam asset tersebut diatas, sehingga semakin kaya dan semakin kaya lagi.

Kenapa orang menengah bergumul terus secara financial?
Ketika orang menengah penghasilannya bertambah besar maka dia mencicil rumah yang lebih besar, mobil yang lebih besar, handphone yang lebih canggih, komputer yang lebih modern, televisi yang lebih besar, audio yang lebih canggih dan banyak sekali uang untuk kewajiban sehingga masuk kedalam pengeluaran. Orang menengah ini bisa memiliki rumah yang besar, mobil yang besar tapi tidak mempunyai uang yang bekerja untuk dia. Dan seumur hidupnya menjadi budak uang karena membayar cicilan semakin besar seumur hidupnya.

Kenapa orang miskin bablas miskin ?
Orang miskin tidak perduli seberapa besar pun penghasilannya semua akan masuk ke pengeluaran.

Contoh:

Orang miskin begitu penghasilannya bertambah besar mereka beli TV yang belajar, beli jamnya yang mahal, beli hp yang lebih baru, beli baju mahal, makan di restoran mewah, ikut keanggotaan fitness, ikut asuransi yang tidak perlu, dll.

Silahkan dijawab dengan kejujuran masing-masing dibawah ini :

Bila penghasilan Anda bertambah besar, Anda belikan apa? Hal-hal yang menghasilkan uang lagi atau hal-hal yang menghabiskan uang. Silahkan dijawab, Anda yang tahu termasuk golongan manakan Anda?


Sumber: Tung Desem Waringin

03 November 2011

Lari Kencang Menteri Dahlan



Meski kehilangan Fadel Muhammad,Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II hasil reshuffle mendapatkan Dahlan Iskan. Dahlan, seperti Fadel, adalah seorang “doer”. Larinya kencang, matanya jeli,dan yang lebih penting lagi, ia tahu mana yang jadi prioritas yang harus segera diputuskan.

Ibarat nasabah yang diangkat menjadi bankir atau bankir yang diangkat menjadi juru runding debitur yang tengah bermasalah,Dahlan Iskan tahu apa yang dirasakan masing-masing BUMN.Doing from the other side of the table! Kini Dahlan harus berunding dengan “bank” yang membinanya, praktis jurus- jurus yang dipegang “bank”ada di tangannya. Dari direksi BUMN yang biasa diberi arahan oleh kementerian yang basisnya adalah birokrasi, kini ia berada di sisi birokrasi. Yang harus ia benahi adalah kantor kementeriannya agar “in line” dan “senafas”dengan BUMN yang dituntut berkinerja.

Nafas Berbeda

Sejak Kementerian BUMN didirikan,dan aset-aset BUMN dipisahkan dari Direktorat Pembinaan BUMN – Departemen Keuangan,sebenarnya sudah ada banyak kemajuan. Menteri Tanri Abeng,profesional, yang datang bersama-sama CEO terkemuka Indonesia (Robby Djohan dan Abdul Gani) melakukan gebrakan riil. Laksamana Sukardi,yang juga mantan CEO meneruskan membawa lebih banyak lagi para praktisi ke dalam BUMN.

Di era Sofyan Djalil,selain ditanamkan prinsip-prinsip good governance, ia juga agresif membawa masuk CEO profesional ke dalam BUMN. Namun, seperti memindahkan ikan samudera ke dalam “fresh water”yang biasa dihuni ikan-ikan air tawar, tidak semua ikan-ikan hiu itu survive. Sebagian mabuk sempoyongan. Hiu yang biasa mengarungi samudera luas melawan predator- predator raksasa kini harus hidup bersama-sama ikanikan konsumsi yang larinya tak sekencang mereka.

Berlari kencang, terlalu banyak dinding yang harus diterjang.Melihat agresivitasnya, pemilik kolam yang tak biasa melaut sering dibuat kecut. Alih-alih membuat ikan-ikan konsumsi berlari lebih cepat, ikan-ikan samuderalah yang direm, dijadikan ikan kolam. Beberapa CEO yang lari kencang itu akhirnya tak bisa bertahan lama.

Beruntung,masih ada orang-orang hebat yang mampu mengembangkan “jurus- jurus” yang lebih adaptif. Hotbonar Sinaga (Jamsostek), Ignasius Jonan (KAI), Agus Martowardojo & Zulkifli Zaini (Bank Mandiri), Richard Jose Lino (Pelindo II),Pasoroan Herman Harianja (Pelindo IV),Gatot M Suwondo ( BNI), Sofyan Basir (BRI),dan tentu saja Dahlan Iskan yang sukses memimpin PLN adalah sebagian contoh CEO yang lari kencang di BUMN.

Di samping mereka tentu juga beberapa direksi yang lahir dari dalam BUMN yang sama kencang larinya. Dari mereka itulah kita belajar ada dua masalah yang harus segera diselesaikan. Pertama, bagaimana menyelaraskan “nafas” antara kantor kementerian dan BUMN itu sendiri. Kedua,bagaimana membina agar BUMN yang belum dikelola dengan baik bisa lari lebih kencang lagi. Untuk masalah yang pertama, bolanya memang ada di pemerintah.

Kalau BUMN mau dibuat maju, kantor kementerian dululah yang harus direformasi menjadi holding BUMN yang dikelola secara lebih profesional dari BUMN yang dibinanya. Kantor kementerian ini nafasnya tidak boleh sama dengan kementerian-kementerian lainnya yang terperangkap oleh,maaf, “kultur kucing”.

“Kucing” adalah metafora yang saya gunakan dalam buku Cracking Zoneuntuk menggambarkan kantor-kantor yang bergerak lambat atau setengah lambat seperti petugas di kantor- kantor kelurahan atau kecamatan. Toiletnya kumuh dan tempat parkirnya semrawut menandakan tak ada pemimpin yang peduli pada pelayanan. Seragam-seragam petugasnya lusuh, ikat pinggang satpam kedodoran pertanda kurang diberi makan. Resepsionis bekerja malas-malasan pertanda tak ada supervisi.

Jam 5 sore sebagian besar pegawai sudah gelisah ingin pulang, tak ada leadership. Politisi dibiarkan menekan dan banyak dapat bisnis, pertanda ambisi perorangan dan rasa takut. Budaya korporat “kucing” tentu tidak hanya ada di kantor- kantor kementerian secara umum, tetapi juga masih banyak ditemui di BUMN yang kata para profesional terkesan “malas”.

Kucing itu betah di rumah, biasa diberi makan, dan kalau tidak diberi makan, ia akan mengorek-ngorek dapurnya sendiri. Dia setia, tapi lamban sekali. Sejak para profesional bergabung di Kantor Kementerian BUMN,harus diakui larinya sedikit lebih kencang, tetapi belum cukup.Kantor ini memang belum didesain agar insaninsannya bisa lari kencang karena nafasnya adalah birokrasi dan kepegawaiannya PNS dengan struktur insentif yang tidak bisa membuatnya bergerak lebih dinamis.

Crackership

Menyadari “bangunan” rumahnya yang belum didesain untuk lari kencang, Menteri Dahlan Iskan memilih cara kedua, yaitu membenahi BUMN agar tidak “berbudaya kucing” lagi. Namun, saya kira ia butuh amunisi yang lebih besar,yaitu struktur kantor kementerian yang lebih korporatif.Menpan dan Setneg harus bisa membantu agar Kantor Kementerian BUMN tidak memiliki desain bangunan yang sama dengan Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Dalam Negeri.

Kementerian-kementerian yang lain adalah cost-center, sedangkan Kementerian BUMN adalah income–generator. Di Singapura saja,BUMN bahkan menyumbang 60% dari GDPnya. Jadi,kalau ingin BUMN sehat dan larinya kencang, kementeriannya harus dibuat lebih otonom dengan kultur korporatif,yaitu kultur cheetah yang siap bertarung, insentifnya harus bagus, gajinya harus “above market price”dengan insentif yang menarik.

Ada kebebasan untuk bergerak lebih leluasa, dan pegawai-pegawainya tak memerlukan evaluasi serta rekrutmen seperti metode yang dipakai di dunia PNS. Menteri Dahlan Iskan menyentak. Ia berlari sangat kencang. Di surat kabar kita melihat ia sedang menyetir mobil sendiri dan di sebelahnya duduk Wamen BUMN Mahmuddin Yasin. Saya dengar mereka berdua langsung bekerja sesaat setelah dilantik.

Di mobil pun berkoordinasi, sedangkan menteri-menteri yang lain masih berjarak dengan wamennya yang masih bingung harus berbuat apa. Para CEO BUMN yang saya temui mengaku menterinya lari kencang. Ini pertanda alignment mulai bekerja. Namun, tuntutannya jelas.BUMN harus fokus, jangan terlalu banyak menghabiskan waktu untuk rapat dengan kantor kementerian, dan utamakan profesionalitas.

Hanya dalam hitungan hari, Kantor Kementerian BUMN sudah memutuskan tindakantindakan strategis. Berapa besar dana PSO untuk membantu BUMN yang perlu suntikan modal sudah keluar, dan kemarin ia memutuskan untuk menyerahkan aset-aset tidak produktif yang jumlahnya sangat besar di BUMN agar dikelola PT PPA. Aset-aset tidak produktif di BUMN memang banyak sekali sehingga return on assets-nya sangat rendah.

Common sense kita mengatakan, punya aset dan tanah yang luas kalau tak punya cash flow yang cukup, aset-aset itu justru menjadi beban. Bagi saya,Dahlan Iskan adalah sosok lain yang dirindukan bangsa ini. A doer is much more needed rather than just a lazy thinker.Seperti yang saya katakan pekan lalu, Indonesia bukanlah kereta api otomatis yang cukup dikemudikan masinis yang hanya bekerja dengan telunjuk jarinya.

Indonesia adalah sebuah kapal besar yang perlu digerakkan pemimpin efektif. Jadi bergeraklah para CEO BUMN, ubah budaya kucing menjadi cheetah, dan jadilah crackeryang gesit.Bergeraklah Kantor Kementerian PAN,beri lebih banyak ruang agar Kementerian BUMN bisa lebih hebat dari Khazanah (Malaysia) atau Temasek (Singapura). Selamat bekerja Menteri Dahlan Iskan, semoga Tuhan terus memberi kesehatan dan kebijaksanaan untuk reformasi birokrasi.

RHENALD KASALI
Ketua Program MM UI

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/441094/1/

Kiat Sukses ala Hideyoshi

Dalam sejarah Jepang, Toyotomi Hideyoshi adalah tokoh spektakuler yang tidak tertandingi dalam mencapai "puncak prestasi". Ia lahir dari keluarga petani miskin, dibelit nasib pahit; berwajah jelek, pendek, dan tak berpendidikan.

Namun,setumpuk kemalangan hidup itu tak menjadikan Hideyoshi mengutuk nasib yang membelitnya. Kemiskinan yang menjeratnya ia ubah menjadi keberuntungan dengan mengandalkan otak daripada tubuh, akal daripada senjata, strategi (dan logistik) daripada tombak. Alhasil, ia kemudian mampu meraih puncak karier gemilang; ia menjadi wakil kaisar bukan berdasarkan garis keturunan,melainkan dari kecerdikan otak.

Perjuangan Hideyoshi dalam meraih prestasi–dari seorang petani miskin hingga bisa jadi wakil kaisar–itu mengundang kekaguman. Tak sedikit orang Jepang, terutama dari kalangan bawah,yang ingin tahu tentang rahasia di balik kesuksesan Hideyoshi. Dan di antara orang yang ingin tahu itu adalah Jiro dan Gonsuke.Dua petani muda itu tidak ingin kelak menjadi petani lantaran ia dilahirkan dari keluarga petani.

Dengan kata lain,mereka ingin mengikuti jejak Hideyoshi.Keinginan untuk mengubah nasib itulah yang kemudian membawa keduanya menemui Hideyoshi dengan tujuan ingin mencari kebijaksanaan atau menimba ilmu. Kehadiran kedua petani itu diterima Hideyoshi dengan hormat, apalagi mereka datang tidak untuk mencari pekerjaan, melainkan hendak mencari jalan menuju keberuntungan.

Hideyoshi kemudian berbagi kisah perjuangan di balik kesuksesannya, dan di sela-sela kisah perjalanan hidup yang dituturkan itu, Hideyoshi membeberkan tentang kunci sederhana yang membawanya bisa sukses mencapai puncak prestasi.

Pertama, menentukan "tujuan hidup" dengan membayangkan jalan yang akan mengantarkan ke tempat yang diinginkan. Dalam bahasa Hideyoshi, "terbayangkan berarti terjangkau". Artinya, membayangkan sesuatu yang benar-benar mungkin; tahu apa langkah pertama yang harus ditempuh. Ibarat seseorang yang ingin menempuh perjalanan, ia harus memiliki tujuan. Bagi Hideyoshi, kegagalan manusia lebih sering disebabkan oleh ketiadaan tujuan yang jelas dibandingkan dengan ketiadaan kemampuan.

Kedua, memupuk rasa bersyukur. Menurut Hideyoshi,"rasa bersyukur" itu akan mendatangkan keberuntungan, dan perbuatan baik yang dilakukan seseorang akan mendatangkan kebaikan (balik) kepadanya.

Ketiga, mengenali bakat (yang terpendam).Keberhasilan itu tidak datang dengan sendirinya. Ia muncul karena pengabdian seseorang dalam mengerahkan bakat (keterampilan) yang dia miliki dan usahanya sendiri. Padahal,seseorang tak bisa mengharapkan ia akan disegani orang lain jika ia tidak mengembangkan dan menguatkan kemampuan yang ada dalam dirinya. Dan itu yang membuat ia meraih keberuntungan.

Keempat, usaha akan menentukan hasil. Usaha setengah- setengah akan membuahkan hasil setengah,usaha baik membuahkan hasil baik,tapi usaha yang luar biasa akan membuahkan hasil yang luar biasa. Usaha luar biasa itulah satu cara untuk mendapatkan "keberuntungan".

Kelima,kerja sama akan melahirkan keberhasilan. Di mata Hideyoshi, tak ada seseorang di dunia ini yang bisa berhasil meraih puncak prestasi dengan sendirian. Ia membutuhkan bantuan dan uluran tangan orang lain.Seorang pemipin pun dapat meraih jabatan tinggi lantaran bantuan dari mitra dan bawahan.

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/439984/

02 November 2011

Tips Murah Rezeki

Abu Yazid Al Busthami, pelopor sufi, pada suatu hari pernah didatangi seorang lelaki yang wajahnya kusam dan keningnya selalu berkerut.

Dengan murung lelaki itu mengadu,”Tuan Guru, sepanjang hidup saya, rasanya tak pernah lepas saya beribadah kepada Allah. Orang lain sudah lelap, saya masih bermunajat. Isteri saya belum bangun, saya sudah mengaji. Saya juga bukan pemalas yang enggan mencari rezeki. Tetapi mengapa saya selalu malang dan kehidupan saya penuh kesulitan?”

Sang Guru menjawab sederhana, “Perbaiki penampilanmu dan ubahlah roman mukamu. Tahukah engkau? Rasulullah SAW adalah penduduk dunia yang miskin, namun wajahnya tak pernah keruh dan selalu ceria. Sabda baginda(Rasulullah SAW, salah satu tanda penghuni neraka ialah muka masam yang membuat orang curiga kepadanya.”

Lelaki itu tertunduk. Ia pun berjanji akan memperbaiki penampilannya. Mulai hari itu, wajahnya senantiasa berseri. Setiap kesedihan diterima dengan sabar, tanpa mengeluh. Alhamdullilah, sesudah itu ia tak pernah datang lagi untuk berkeluh kesah. Keserasian selalu dijaga. Sikapnya ramah,wajahnya senantiasa mengulum senyum bersahabat. Roman mukanya berseri.

Tak heran jika Imam Hasan Al Basri berpendapat, awal keberhasilan suatu pekerjaan adalah roman muka yang ramah dan penuh senyum.Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan, senyum adalah sedekah paling murah tetapi paling besar pahalanya.

Demikian pula seorang suami atau seorang isteri. Alangkah celakanya rumah tangga jika suami isteri selalu berwajah tegang. Begitu juga celakanya persahabatan sekiranya dikalangan mereka saling tidak berteguran. Sebab tak ada persoalan yang diselesaikan dengan mudah melalui kekeruhan dan ketegangan.

Dalam hati yang tenang, pikiran yang dingin dan wajah cerah, Insya Allah, apa pun persoalannya, niscaya dapat diatasi. Inilah yang dinamakan keluarga sakinah, yang di dalamnya penuh dengan cinta dan kasih sayang.

Berikut ini tips untuk menarik rezeki.

Amalan-amalan ini menjadi sebab Allah (SWT) melimpahkan hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya. Allah (SWT) memberi jalan buat setiap hamba-Nya untuk memperolehi rezeki dalam pelbagai bentuk untuk kebaikan dunia dan akhirat. Di antaranya:

1. Menyempatkan Diri Beribadah

Allah (SWT) tidak menyia-nyiakan pengabdian diri hamba-Nya, seperti firman-Nya dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, sempatkanlah untuk menyembah-Ku maka Aku akan membuat hatimu kaya dan menutup kefakiranmu. Jika tidak melakukannya maka Aku akan penuhi tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.” (Riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abu Hurairah r.a.)

2. Memperbanyak Istighfar

Istighfar adalah rintihan dan pengakuan dosa seorang hamba di depan Allah (SWT), yang menjadi sebab Allah (SWT) jatuh kasih dan kasihan pada hamba-Nya, lalu Dia berkenan melapangkan jiwa dan kehidupan si hamba. Sabda Nabi s.a.w.: “Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah (SWT) akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (Riwayat Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Abdullah bin Abbas r.a..)

3. Meninggalkan Perbuatan Dosa

Istighfar tidak laku di sisi Allah (SWT) jika masih berbuat dosa. Dosa bukan saja membuat hati resah malah, tetapi juga menutup pintu rezeki. Sabda Nabi s.a.w.: “… dan seorang lelaki akan diharamkan baginya rezeki karena dosa yang dibuatnya.” (Riwayat at-Tirmizi)

4. Senantiasa Ingat Allah (SWT)

Banyak ingat Allah (SWT) membuat hati tenang dan kehidupan terasa lapang. Ini rezeki yang hanya Allah (SWT) beri kepada orang beriman. Firman-Nya: “(Yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (SWT). Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah (SWT) hati menjadi tenteram.” (Ar-Ra’d: 28)

5. Berbakti dan Mendoakan Ibu Bapak

Dalam hadis riwayat Imam Ahmad, Rasulullah s.a.w. berpesan agar siapa yang ingin panjang umur dan ditambah rezekinya, hendaklah berbakti kepada ibu bapaknya dan menyambung tali kekeluargaan. Baginda s.a.w. juga bersabda: “Siapa berbakti kepada ibu bapaknya maka kebahagiaanlah buatnya dan Allah (SWT) akan memanjangkan umurnya.” (Riwayat Abu Ya’ala, at-Tabrani, al-Asybahani dan al-Hakim)

Mendoakan ibu bapak juga menjadi sebab mengalirnya rezeki, berdasarkan sabda Nabi s.a.w.: “Apabila hamba itu meninggalkan berdoa kepada kedua orang tuanya, niscaya terputuslah rezeki (Allah (SWT)) daripadanya.” (Riwayat al-Hakim dan ad-Dailami)

6. Berbuat Baik dan Menolong Orang yang Lemah

Berbuat baik kepada orang yang lemah ini termasuk menggembirakan dan membantu orang tua, orang sakit, anak yatim dan fakir miskin, juga isteri dan anak-anak yang masih kecil. Sabda Nabi s.a.w.: “Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah di kalangan kamu.” (Riwayat Bukhari)

7. Menunaikan Hajat Orang Lain

Menunaikan hajat orang menjadi sebab Allah (SWT) lapangkan rezeki dalam bentuk tertunainya hajat sendiri, seperti sabda Nabi s.a.w.: “Siapa yang menunaikan hajat saudaranya maka Allah (SWT) akan menunaikan hajatnya…” (Riwayat Muslim)

8. Banyak Bershalawat

Ada hadis yang menganjurkan bershalawat jika hajat atau cita-cita tidak tertunai karena selawat itu dapat menghilangkan kesusahan, kesedihan, dan kesukaran serta meluaskan rezeki dan menyebabkan terlaksananya semua hajat. Wallahu a’lam.

9. BerBuat Kebajikan Sebanyak-Banyaknya

Ibnu Abbas berkata: “Sesungguhnya kebajikan itu memberi cahaya kepada hati, kemurahan rezeki, kekuatan jasad dan disayangi oleh makhluk yang lain. Sedangkan kejahatan menggelapkan rupa, menggelapkan hati, melemahkan tubuh, sempit rezeki, dan makhluk lain mengutuknya.”

10. Berpagi-Pagi

Menurut Rasulullah s.a.w., berpagi-pagi (memulai aktivitas harian sebaik-baiknya setelah selesai solat Subuh berjamaah) adalah amalan yang berkat.

11. Menjalin Silaturrahim

Nabi s.a.w. bersabda: “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dilambatkan ajalnya maka hendaklah dia menghubungi sanak-saudaranya.” (Riwayat Bukhari)

12. Melazimi Kekal Berwudhu

Seorang Arab desa menemui Rasulullah s.a.w. dan meminta pedoman mengenai beberapa perkara, termasuk ingin dimurahkan rezeki oleh Allah (SWT). Baginda s.a.w. bersabda: “Senantiasalah berada dalam keadaan bersih (dari hadas) niscaya Allah (SWT) akan memurahkan rezeki.” (Diriwayatkan oleh Sayidina Khalid al-Walid)

13. Bersedekah

Sedekah mengundang rahmat Allah (SWT) dan menjadi sebab Allah (SWT) membuka pintu rezeki. Nabi s.a.w. bersabda kepada Zubair bin al-Awwam: “Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu ada di Arasy, yang dikirim oleh Allah (SWT) azza wajalla kepada setiap hamba sebagai nafkahnya. Maka siapa yang memperbanyak pemberian kepada orang lain, niscaya Allah (SWT) membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah (SWT) menyedikitkan baginya.” (Riwayat ad-Daruquthni dari Anas r.a.)

14. Membiasakan Shalat Malam (Tahajud)

Ada keterangan bahwa amalan solat tahajjud memudahkan memperoleh rezeki, menjadi sebab seseorang itu dipercaya dan dihormati orang, serta doanya dimakbulkan Allah (SWT).

15. Membiasakan Shalat Dhuha

Amalan solat Dhuha yang dibuat waktu orang sedang sibuk dengan urusan dunia (aktivitas harian), juga mempunyai rahsia tersendiri. Firman Allah (SWT) dalam hadis qudsi: “Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (solat Dhuha), nanti pasti akan Aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya.” (Riwayat al-Hakim dan Thabrani)

16. Bersyukur Kepada Allah (SWT)

Syukur artinya mengakui segala pemberian dan nikmat dari Allah (SWT). Lawannya adalah kufur nikmat. Allah (SWT) berfirman: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(Ibrahim: 7.) Firman-Nya lagi: “… dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran: 145)

17. Mengamalkan Zikir dan Bacaan Ayat Quran Tertentu

Zikir dari ayat-ayat al-Quran atau asma’ul husna selain menenangkan, menjenihkan, dan melunakkan hati, ia mengandungi fadilah khusus untuk keluasan ilmu, terbukanya pintu hidayah, dimudahkan faham agama, diberi kemanisan iman, dan dilapangkan rezeki.

Salah satu nama Allah (SWT), al-Fattah (Maha Membukakan) dikatakan dapat menjadi sebab dibukakan pintu rezeki jika diwiridkan selalu; misalnya dibaca “Ya Allah (SWT) ya Fattah” berulang-ulang, diiringi doa: “Ya Allah (SWT), bukalah hati kami untuk mengenali-Mu, bukalah pintu rahmat dan keampunan-Mu, ya Fattah ya `Alim.” Ada juga hadis menyebut, siapa amalkan baca surah al-Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kepapaan. Wallahu a’lam.

18. Berdoa

Berdoa menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah (SWT), bergantung dan mengharap pada rahmat dan pemberian dari-Nya. Dalam al-Quran, Allah (SWT) menyuruh kita meminta kepada-Nya, niscaya Dia akan perkenankan.


19. Berikhtiar Semampunya


Siapa berusaha, dia akan dapat. Ini sunnatullah. Dalam satu hadis sahih dikatakan bahwa Allah (SWT) berikan dunia kepada orang yang dicintai-Nya dan yang tidak dicintai-Nya, tapi agama hanya Allah (SWT) beri kepada orang yang dicintai-Nya saja. (Riwayat Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, dan al-Hakim)

Bagi orang beriman, tentulah dia perlu mencari sebab-sebab yang bisa membawa kepada murah rezeki dalam skup yang luas. Misalnya, hendak tenang dibacanya Quran, hendak dapat anak yang baik dididiknya sejak anak dalam rahim, hendak sehat dijaganya makanan dan makan yang baik dan halal, hendak dapat tetangga yang baik dia sendiri berusaha jadi baik, hendak rezeki berkah dijauhinya yang haram, dan sebagainya.

20. Bertawakal

Dengan tawakal, seseorang itu akan direzekikan rasa kaya oleh Allah (SWT). Firman-Nya: “Barang siapa bertawakal kepada Allah (SWT), niscaya Allah (SWT) mencukupkan keperluannya).” (At-Thalaq: 3)

Nabi s.a.w. bersabda: “Seandainya kamu bertawakal kepada Allah (SWT) dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kamu diberi rezeki seperti burung diberi rezeki, ia pagi hari lapar dan petang hari telah kenyang.” (Riwayat Ahmad, at-Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, al-Hakim dari Umar bin al-Khattab r.a.)

Kesemua yang disebut di atas adalah amalan-amalan yang membawa kepada takwa. Dengan takwa, Allah (SWT) akan beri “jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkan), dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya.” (At-Talaq: 2-3)

Pendek kata, bagi orang Islam, untuk murah rezeki dalam artikata yang sebenarnya, kuncinya adalah berbuat amalan-amalan takwa. Amalan-amalan ini menjadi sebab jatuhnya kasih sayang Allah (SWT), lalu Allah (SWT) limpahi hamba-Nya dengan keluasan rezeki dan rasa kaya dengan pemberian-Nya.

Sumber: http://finance.groups.yahoo.com/group/cerdasfinansial/

27 Oktober 2011

Pidato Steve Jobs, CEO Apple Inc.

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab: “Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya – yang hanya pegawai rendahan – habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:

Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama, semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang.

Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya – saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali – saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar”. Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu – semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau gagal – tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah

bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:

Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma – yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog”, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish”. (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.

Sumber: http://kokopre.com/other/steve-jobs-apple/

Fadel Muhammad

Tulisan Pak Rhenald Kasali di Harian Seputar Indonesia, 27 oktober 2011.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Secara pribadi saya tidak mengenalnya, bahkan bertemu saja baru satu kali. Itu pun di sebuah forum resmi, dalam diskusi tentang ekonomi kelautan yang diselenggarakan Radio Smart FM di Medan beberapa bulan lalu.


Namun, sejak Indonesia kehilangan Jusuf Kalla sebagai ”pendobrak” dan ”penggerak” ekonomi yang tidak pernah diam dalam ide, saya menemukan sosok ”bergerak” pada Fadel Muhammad. Selain tangannya dingin, kakinya ringan bergerak. Seperti yang sering saya katakan kepada para ekonom muda, ekonomi Indonesia ini bukannya kereta api otomatis yang cuma butuh jari untuk dijalankan.

Ekonomi kita adalah sebuah kapal besar yang tak akan bergerak kalau hanya dipikirkan. Ekonomi kita butuh a real entrepreneur yang piawai menggerakkan, melakukan breaktrough dan siap berperang melawan para mafioso. Jadi, pemimpin seperti inilah yang kita butuhkan, bukan harus dikurangi, tetapi perlu diperbanyak. Sayang kalau kita mengabaikannya.

Berperang Melawan Belenggu

Fadel mengagetkan kita saat dia maju berperang melawan ”beruang-beruang ekonomi” yang memaksa Indonesia melakukan impor komoditas tradisional yang banyak dikonsumsi rakyat. ”Beruangberuang” itu tidak hanya memasukkan barang, melainkan juga menyodorkan data-data yang sudah dipoles yang seakan- akan kita sudah kekurangan segala komoditas dari beras, daging sapi,sampai garam, dan bawang merah. Pokoknya semua kurang dan mengancam inflasi.

Lalu apalagi kalau bukan harus impor? Kita melihat Fadel maju ke depan membongkar kontainerkontainer berisi ikan kembung yang diselundupkan ke pasar Indonesia. Bukan cuma ikan kembung. Ternyata ikan lele dari Malaysia yang sangat mudah dikembangbiakkan di sini juga membanjiri pasar domestik melalui perbatasan Kalimantan, Pelabuhan Belawan, dan pelabuhan-pelabuhan penting lainnya.

Dari ikan kembung dia bergerak menyelamatkan industri garam rakyat yang bertahuntahun digempur para importir bangsa sendiri. Impor-impor seperti itu jelas sangat berbahaya bagi masa depan bangsa ini.Harga impornya boleh sangat murah, dipasarkan dengan dumping atau tidak, tetapi perlahan-lahan mematikan ekonomi rakyat yang tersebar di seluruh pesisir Nusantara.

Setelah pertanian terpuruk, kini petambak garam pun dibunuh bangsa sendiri. Fadel-lah yang menuntut agar harga dasar garam rakyat dinaikkan. ”Kalau petambak hanya menerima Rp325 per kilogram, bagaimana mereka bisa hidup?”gugatnya.Dia pun mengusulkan agar dinaikkan menjadi Rp900.Petambak garam tentu senang dan mereka bisa kembali bekerja.

Tetapi kabar itu tak berlangsung lama karena kita mendengar Kementerian Perdagangan hanya mau menaikkan sampai ke Rp700. Itu pun beredar kabar ada saja pejabat—yang berdalih atas nama pasar bebas—tak mau tanda tangan. Petambak bisa jadi senang kepada Fadel, tetapi importir dan pemberi lisensi impor belum tentu.

Kalau petambak garam dimanjakan Presiden, mereka bisa kembali menyekolahkan anak-anaknya dan makannya bisa lebih terasa enak.Mereka akan giat berproduksi dan impor garam akan hilang. Apakah benar inflasi akan terjadi hanya karena harga garam naik? Beberapa orang meragukannya, pasalnya harga dari petani yang rendah tidak menjamin harga kepada konsumen ikut rendah.

Bahkan impor murah sekalipun hanya menjadi alasan bagi importir untuk menguasai pasar.Harga akhir yang dibayar konsumen pun tetap saja tinggi. Lantas kalau harga dasar petambak dinaikkan, bagaimana nasib importir? Tentu mereka tidak tinggal diam. Menteri Perdagangan—atas nama perjanjian dagang yang dipayungi WTO—dan kita semua yang pernah belajar teori ekonomi, boleh saja percaya pada kompetisi dan pasar bebas.

Tetapi secara moralitas,tak ada bangsa yang secara tulus dan ikhlas membuka pasarnya secara bebas,murni 100%. Hanya bangsa yang bodohlah yang membiarkan pintunya dibuka lebar-lebar dan membiarkan ”beruang-beruang ekonomi” menari-nari memorak- porandakan pasar domestiknya.

Sementara pasar timbal-baliknya dibarikade dengan standar dan peraturanperaturan yang tidak bisa ditembus. Anda tentu masih ingat betapa sulitnya produkproduk kelautan kita menembus pasar Amerika dan Eropa. Ketika Indonesia membuka pasar perbankan begitu leluasa bagi bank-bank asing,misalnya, Bank Mandiri kesulitan membuka satu saja cabangnya di Kuala Lumpur.

Apalagi membuka cabang dan jaringan ATM. Di Eropa kita juga melihat betapa sengitnya bangsa-bangsa yang percaya pada pasar bebas membuka pasar industri keju lokalnya dari gempuran keju buatan Kraft yang diproduksi secara massal. Di Amerika Serikat masih dalam ingatan kita pula, barikade diberikan kepada China saat CNOOC (China National Offshore Oil Corporation) berencana membeli perusahaan minyak Amerika (UNOCAL).

Sejumlah anggota kongres menekan Presiden Bush (2005) agar pemerintah membatalkan proposal China tersebut. Keju,minyak,udang,kopi,kertas, minyak sawit, atau tekstil sekalipun selalu dihadang masuk kalau industri suatu bangsa terancam. Jadi apa yang terjadi dengan lisensi impor di negeri ini? Sebuah keluguan atau kesengajaan? Bisakah kita memisahkan perdagangan dari pertahanan dan keamanan kalau wujudnya sudah mengancam kehidupan? Siapa peduli?

Pro-Poor

Maka sangat mengejutkan saat pekan lalu kita membaca Fadel Muhammad tidak lagi menjalankan tugas negara sebagai menteri kelautan dan perikanan. Sebagai warga negara kita mungkin terlalu rewel untuk mempersoalkan pencopotannya sebab semua itu adalah hak Presiden. Tetapi bagi seorang yang menjalankan misi Presiden yang pro poor–pro growth dan pro job, saya kira pantas kalau nada sesal layak kita ungkapkan.

Dia justru diganti karena membela kepentingan rakyat, pro-poor. Ibaratnya dia tengah berada di garis depan melawan ”beruang-beruang ekonomi” yang hanya memikirkan keuntungan sesaat dengan ”membeli” lisensi impor yang mematikan hak hidup rakyat jelata. Saya sebut mereka ”beruang ekonomi”karena seperti yang dikatakan Fadel, sesendok garam itu asin,tapi sekapal garam adalah manis.

Hanya beruanglah yang mampu mengendus rasa manis itu. Tahukah ”beruang-beruang ekonomi”itu bahwa petambakpetambak garam dan nelayan adalah penjaga perbatasan yang melindungi negeri dari segala serangan. Apa jadinya negeri ini bila hidup mereka dilupakan?

Bukankah lebih baik menjaga pertahanan perbatasan dengan memberikan kapal-kapal yang bagus dan pekerjaan yang menarik kepada para nelayan daripada membeli kapal perang yang tak pernah cukup untuk menjaga bibir-bibir pantai yang begitu luas?

Maka yang mengejutkan publik sebenarnya adalah mengapa bukan ucapan terima kasih dan bintang yang disematkan pada Fadel; melainkan serangkaian ucapan defensif dari kelompok-kelompok tertentu?

Karena itu, melalui tulisan ini, saya justru ingin memberi motivasi yang tulus agar Fadel Muhammad tidak berhenti sampai di sini,melainkan terus berkarya bagi kaum papa, petani-petani garam, dan para nelayan yang ”kalah” bukan dari persaingan bebas, melainkan dari ”beruang-beruang ekonomi”yang menjual negeri melalui lisensi impor.

Seorang pemimpin sejati tidak memimpin hanya karena dipanggil tugas.Pemimpin sejati bertugas karena panggilan. Saya senang membaca berita bahwa Fadel telah kembali bekerja dengan Yayasan Garamnya. Selamat bergabung di sektor ketiga. Inilah sektor kemandirian yang bekerja murni untuk memberantas kemiskinan.

Inilah sektor non-APBN yang memanggil orang-orang yang mau berjuang tanpa pamrih. Asosiasi Kewirausahaan Sosial yang saya pimpin tentu senang menyambut Fadel.Saya percaya Fadel pasti bisa berbuat lebih besar karena dia punya kekuatan perubahan yang justru tak dimiliki politisi lain. Simpati besar dari rakyat untuk Fadel layak kita sematkan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/439235/38/

25 Oktober 2011

Nikmat yang Terlupakan

Ya Allah, sementara masih ada orang-orang yang tidur hanya beratapkan langit…
Aku bisa tidur di dalam rumah yang terlindung dan tidak bocor.
Ya Allah, sementara masih ada orang-orang yang makan sehari sekali, bahkan dengan makanan basi…
Aku bisa makan 3 kali sehari dengan nasi hangat dan lauk mengandung gizi.
Ya Allah, sementara masih ada orang-orang yang berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk bekerja, bahkan dengan membawa beban…
Aku bisa ke tempat kerja tanpa kelelahan mengendarai motor yang berjalan dengan baik.
Ya Allah, sementara ada orang-orang yang terbaring sakit lemah tak berdaya…
Aku diberikan kesehatan untuk melakukan aktivitas tanpa kepayahan.
Ya Allah, sementara ada orang-orang yang cacat tubuhnya…
Aku dikarunia tubuh yang lengkap dan normal.
Ya Allah, ampuni hamba yang sering mengeluh…
Ampuni hamba yang sering merasa kurang…
Ampuni hamba yang jarang bersyukur…
Ampuni hamba yang sering melupakan nikmat-Mu...
Jadikan hati ini, hati ini yang merasa cukup atas pemberian-Mu
Jadikan hati ini hati yang penuh terima kasih kepada rahmat-Mu
Berikanlah hamba hidayah dan kekuatan untuk membalas rasa syukur hamba pada-Mu

20 Oktober 2011

Bertahan Meski Sakit Untuk Meraih Kemenangan

Mengubah suatu sistem, kultur, atau kebiasaan dalam sebuah organisasi, perusahaan, instansi, atau bahkan negara amat sulit jika dilakukan oleh orang biasa, seperti bawahan, karyawan atau pegawai biasa yang tidak punya jabatan. Namun, akan lain ceritanya kalau itu dilakukan oleh orang yang memimpin organisasi tersebut.

Saya punya cerita tentang seseorang yang rela bertahan dalam sistem yang tidak disukainya, tapi dengan motivasinya yang kuat untuk bisa mengubah sistem tersebut, dia pun akhirnya keluar sebagai pemenang. Meskipun dalam organisasi yang tidak begitu besar, hal ini bagi saya sesuatu yang luar biasa.

Ketika masa mahasiswa, saya mengikuti organisasi Resimen Mahasiswa. Seperti namanya, resimen mahasiswa memang sebuah organisasi semi militer, dididik dengan cara disiplin militer. Junior harus hormat kepada Senior, tidak boleh membantah, terlebih lagi terhadap komandan. Namun, hal ini sering disalahgunakan oleh senior-senior untuk mengerjai atau memanfaatkan juniornya.

Alhamdulillah pada masa saya masuk menjadi anggota resimen mahasiswa, hal-hal tidak mengenakkan seperti itu (dalam arti dikerjai senior) boleh dibilang tidak ada lagi. Meski disiplin dan berdasarkan garis komando, para senior tetap menghargai juniornya. Keadaan seperti ini merupakan jasa salah seorang komandan kami yang bernama Pak Aji.

Awal Pak Aji masuk sebagai anggota menwa, jika ia atau teman-temannya yang lain berkunjung ke posko Menwa, maka oleh seniornya mereka disuruh-suruh, seperti disuruh cuci piring dan lain-lain, boleh dibilang senior pada saat itu sewenang-wenang pada Junior. Dalam hati kecil Pak Aji, dia tidak menyukai hal itu. Dan dalam pikirannya pula ini tidak sesuai dengan predikatnya sebagai mahasiswa. Menurut Pak Aji meskipun dilatih militer, namun cara berpikir berpikir dan berperilaku juga mesti sesuai dengan intelektualitas mahasiswa. Dalam hatinya dia bertekad, akan mengubah budaya yang semena-mena itu. Meskipun tak suka dengan cara seniornya memperlakukan hal tersebut, Pak Aji tetap bertahan dalam Menwa dan bertekad akan menjadi komandan Menwa di kampus kelak.

Dan ternyata, seiring waktu, impian Pak Aji terwujud, dia menjadi komandan Resimen Mahasiswa di kampus kami. Dia ubah cara-cara bertindak yang mengutamakan otot dan semena-mena menjadi cara yang lebih bijaksana, lebih manusiawi, dan lebih sesuai dengan cara berpikir mahasiswa yang mengutamakan intelektualitas dalam bertindak.

Itulah salah satu kisah yang berkesan dalam hidup saya, tentang seseorang yang bertahan meski disakiti, tetapi kemudian menjadi pemenang. Semoga bermanfaat… (:

18 Oktober 2011

Jodoh oh Jodoh

Jodoh merupakan misteri, hanya Allah, Tuhan kita yang tahu siapa yang nantinya akan menjadi pendamping kita. Karena misteri, maka tak jarang yang namanya jodoh itu membuat terlontar kata-kata dari mulut kita, seperti, “kok bisa ya sama dia?”, atau “Wah, nggak nyangka ya?” atau kata-kata lain yang bernada keheranan.

Kali ini saya akan bercerita tentang kisah jodoh yang mungkin cukup unik. Ini cerita tentang sahabat saya yang bernama Tono.

Tono, menurut saya orang yang cukup gigih dalam pdkt (pendekatan) terhadap cewek. Boleh dibilang, selama kuliah ada saja cewek-cewek manis yang didekatinya, walaupun gak ada yang berakhir dengan serius :)

Singkat kata, setelah Tono mendapat pekerjaan yang boleh dibilang cukup mantap, Tono pun mulai mencari cewek untuk dijadikan pendamping hidupnya kelak. Selain itu, godaan cewek-cewek di kota besar seperti Surabaya menurutnya cukup luar biasa. Yah, untuk menyelamatkan separuh agama, dia pun bertekad untuk menjalani hubungan serius sampai menikah. Dia pun berkenalan dengan seorang wanita yang cukup menarik. Dan Tono pun jatuh cinta. Gilanya, meskipun si cewek ini berada di Jonggol, Bogor, sedang si Tono berada di Surabaya, apel malam minggunya tetap di lakoni. Hampir tiap weekend ketika Tono libur, dia pun naik kereta dari Surabaya menuju Jonggol. Mungkin, inilah apel malam minggu terjauh di dunia, hehe…

Akhirnya, Tono pun memutuskan untuk melamar cewek itu. Keluarga Tono pun datang ke Jonggol untuk melamar, dan lamaran Tono pun diterima. Bulan pernikahan pun telah ditetapkan.

Namun, ternyata mimpi indah Tono tak bertahan lama. Angan-angan untuk menikahi cewek yang dicintainya pupus. Beberapa lama setelah lamaran, ada hal yang membuat hatinya gelisah, marah, kecewa, yang mendorongnya untuk membatalkan pernikahannya dengan cewek yang telah dilamarnya. Dan Tono, tanpa ragu, dengan ditemani wakil dari keluarganya menarik lamarannya dan membatalkan pernikahan, plus mengambil uang belanja untuk pernikahan yang telah diserahkannya pada keluarga wanita.

Ada apa sebenarnya….? Ini semua gara-gara 4 huruf, yaitu U A N G. Ya, ternyata ibu dari si cewek menyinggung-nyinggung uang belanja pernikahan yang diberikan Tono, sang ibu menganggap uang tersebut kecil alias kurang. Selain itu, ternyata selama ini ibu itu sebenarnya sudah punya pilihan untuk anaknya yang lebih tajir alias kaya dari si Tono. Dan cewek itu pun kelihatannya juga tidak bisa membela Tono di depan ibunya. Harga diri si Tono pun terusik, dan akhirnya muncullah keputusan pahit itu.
Namun, Tono tetap bertekad menikah pada bulan yang ditentukan, lalu bagaimana dengan pengantin wanitanya? Tono mencari wanita lain untuk menjadi pengantin wanitanya. Hehehe… dahsyat kan?

Ternyata, ada satu cewek yang mungkin bisa menjadi pengantin wanita “pengganti”. Cewek ini menurut Tono tidak secantik calon sebelumnya, tapi dia menurut Tono, cewek yang baik dan menyukainya atau boleh dibilang mencintai Tono, meskipun Tono tidak mencintainya.

Setelah merenung, Tono pun seperti mendapat pencerahan, ya kira-kira begini kesimpulan dari hasil perenungannya, “Lebih baik aku menikah dengan cewek yang mencintaiku apa adanya, daripada aku menikah dengan cewek yang aku cintai, aku kejar-kejar, tapi dia tidak mencintaiku apa adanya,”.

Dan akhirnya, pada bulan yang ditentukan, Tono pun menikah dengan wanita yang mencintainya apa adanya, bukan ada apanya… (:

Akad nikah diselenggarakan di masjid Agung Surabaya. Dan sekarang Tono makin berbahagia karena sudah dianugerahi seorang anak laki-laki yang sehat dan lincah.

Demikianlah salah satu kisah jalan menuju pernikahan yang cukup unik. Semoga bermanfaat… :)

10 Oktober 2011

Sejarah Nabi Muhammad SAW - 1

Rasulullah, Nabi Muhammad SAW (Shallallahu Alaihi Wa Sallam) dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada hari Senin pagi, bulan Rabi’ul Awal (ada yang meyakini tanggal 12 dan ada yang meyakini tanggal 17. Di Indonesia peringatan Maulid ditetapkan 12 Rabi'ul Awal), permulaan tahun dari peristiwa gajah atau bertepatan dengan tahun 571 M. Ayahnya bernama Abdullah, ibunya bernama Aminah.

Ibnu Sa’d meriwayatkan, bahwa ibu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Aminah, berkata, “Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam.”

Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Arbadh bin Sariyah, yang isinya serupa dengan perkataan tersebut.

Diriwayatkan ada beberapa bukti pendukung kerasulan, bertepatan dengan saat kelahiran beliau, yaitu runtuhnya 10 balkon istana Kisra (Persi), dan padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah setelah gereja-gereja itu ambles ke tanah. Yang demikian itu diriwayatkan oleh Al-Baihaqy.

Setelah Aminah melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat Abdul Muthalib (kakek Nabi) untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Kemudian, Abdul Muthalib dengan perasaan suka-cita membawa cucunya ke dalam Ka’bah, seraya berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Abdul Mutholib memberikan nama Muhammad kepada cucunya, sebuah nama yang belum pernah ada di kalangan Arab. Nabi Muhammad SAW dikhitan pada hari ketujuh, seperti yang biasa dilakukan orang-orang Arab.

Wanita pertama yang menyusui beliau setelah ibundanya adalah Tsuwaibah, hamba sahaya Abu Lahab, yang kebetulan sedang menyusui anaknya yang bernama Masruh, yang sebelum itu wanita ini juga menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib.

Tradisi yang berjalan di kalangan bangsa Arab yang relatif sudah maju, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya, sebagai langkah untuk menjauhkan anak itu dari penyakit yang biasa menjalar di daerah yang sudah maju, agar tubuh bayi menjadi kuat, otot-ototnya kekar, dan agar keluarga yang menyusui bisa melatih bahasa Arab.

Setelah Nabi Muhammad SAW disusui Tsuwaibah, Abdul Muththalib meminta kepada seorang wanita dari Bani Sa’d bin Bakr agar menyusui cucunya. Wanita itu bernama Halimah bin Abu Dzu’aib atau dikenal dengan Halimah As-Sa’diyah, istri dari Al-Harits bin Abdull Uzza, yang berjuluk Abu Kabsyah.

Saudara-saudara Nabi Muhammad SAW satu susuan di sana adalah Abdullah bin Al-Harits, Anisah binti Al-Harits, dan Hudzafah atau Judzamah binti Al-Harits. Halimah juga pernah menyusui Hamzah bin Abdul Muthalib. Jadi, Hamzah adalah saudara sesusuan Rasulullah SAW dari dua pihak.

Halimah merasakan barokah yang dibawa Nabi Muhammad SAW sehingga mengundang decak kekaguman. Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Ishaq, bahwa Halimah pernah berkisah, suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Sa’d. Tujuan mereka adalah mencari anak yang bisa disusui. Dia berkata, “Itu terjadi pada masa paceklik. Tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi sambil naik keledai betina putih milik kami dan seekor onta yang sudah tua dan tidak bisa diambil air susunya lagi. Sepanjang malam kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terus menerus menangis karena kelaparan.

Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Nabi Muhammad SAW pasti menolaknya karena beliau adalah anak yatim. Tidak mengherankan, sebab kami memang mengharapkan imbalan yang cukup memadai dari bapak bayi yang hendak kami susui. Kami semua berkata, “Dia adalah anak yatim. Tidak ada pilihan bagi ibu dan kakek beliau karena kami memang tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku sendiri. Tatkala kami sudah siap-siap untuk kembali, aku berkata pada suamiku, “Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku wanita tanpa membawa seorang bayi yang kususui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak yatim itu dan membawanya.”
“Memang ada baiknya jika engkau melakukan hal itu. Semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada diri anak itu,” kata suamiku.

Halimah melanjutkan penuturannya, “Maka aku pun menemui bayi itu dan aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa repot karena membawa beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan tungganganku, dan tatkala putting susuku kusodorkan kepadanya, bayi itu bisa menyedot sesukanya dan meminumnya hingga kenyang. Anak kandungku sendiri bisa juga menyedot air susunya sepuasnya hingga kenyang. Setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami tidak pernah tidur sepicing pun karena mengurus bayi kami. Suamiku menghampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu onta kami, begitu pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa paling indah bagi kami.

“Demi Allah Halimah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh barakah,” kata suamiku pada esok harinya.
“Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu,” kataku.

Halimah melanjutkan penuturannya, “Kemudian, kami pun siap-siap pergi dan menunggang keledaiku. Semua bawaan kami juga naikkan bersamaku di atas punggungnya. Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledai-keledai mereka tidak akan mampu membawa beban seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku sehingga teman-temanku berkata, “Wahai putri Abu Dzu’aib, celaka engkau! Tunggulah kami! Bukankah itu keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?”
“Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledaiku yang dulu,” kataku.
“Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa,” kata mereka.

Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Sa’d, aku tidak pernah melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba-domba kami menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya juga penuh berisi sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya. Sementara orang lain yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan susu walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kempes sehingga mereka berkata dengan garang kepada penggembalanya, “Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan gembalaan kalian seperti yang dilakukan gembalanya putri Abu Dzu’aib.”

Namun, domba-domba mereka pulang ke rumah tetap dalam keadaan lapar dan tak setetes pun mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi. Kami senantiasa mendapatkan tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak susuan kami. Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayai-bayi yang lain. Bahkan, sebelum dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.

Kemudian, kami membawanya kepada ibunya, meskipun kami masih berharap agar anak itu tetap berada di tengah-tengah kami karena kami bisa merasakan barakahnya. Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya. Aku berkata kepadanya, “Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Makkah.” Kami terus merayu ibunya agar dia berkenan mengembalikan anak itu tinggal bersama kami.

Begitulah, Rasulullah SAW kemudian tinggal di tengah Bani Sa’d, hingga berumur empat atau lima tahun.

06 Oktober 2011

Tulisan Lucu di Truk

Ini tulisan-tulisan di belakang truk yang bikin ketawa.







05 Oktober 2011

Kisah Kerang Mutiara & Kerang Rebus

Kisah nyata dari seorang Jamil Azzaini:

Dua puluh tujuh tahun yang lalu, keluarga kami tinggal di tengah hutan di Lampung. Kampung terdekat dengan gubuk kami berjarak kurang lebih 2 km. Gubuk itu terbuat dari bambu (gedhek). Agar aman dari serangan binatang buas gubuk kami dibuat panggung. Pohon singkong mengelilingi gubuk yang hanya mempunyai satu tempat tidur itu. Di depan gubuk nan semilir ada sungai kecil dengan aliran air yang sangat jernih. Setiap hari saya bermain air dan mandi bersama adik dan kakak di aliran sungai itu.

Untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk, saya sering memancing ikan di rawa kecil dekat tempat tinggal kami. Suatu saat, ketika saya sedang memancing ikan di rawa, Ayah saya datang dan kemudian duduk di samping saya. "Mil, bapak punya cerita tentang kerang mutiara dan kerang rebus, sambil mancing kamu dengarkan ya," kata bapak saya.

Sambil terus saya memancing, Ia bertutur, "Ketika kerang belia mencari makan dibukalah penutup badannya, ketika itu pasir masuk ke dalam tubuh kerang belia itu. Sang kerang menangis, "Bunda sakit bunda...sakit...ada pasir masuk ke dalam tubuhku." Sang Ibu menjawab, "Sabarlah anakku, jangan kau rasakan sakit itu, bila perlu berikan kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu."

Kerang beliapun menangis, namun air matanya ia gunakan untuk membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya. Hal ini terus menerus ia lakukan. Rasa sakit itupun secara ber-angsur berkurang bahkan kemudian hilang. Ajaibnya, pasir yang membuat sakit tubuh kerang itu justru telah berubah menjadi butiran yang sangat cantik. Ya, pasir yang masuk ke dalam kerang belia itu telah berubah menjadi mutiara.

Ketika kerang itu dipanen dan kemudian dijual, maka kerang yang berisi sebutir pasir itu harganya mahal. Sementara kerang yang tak pernah merasakan sakitnya pasir dalam tubuhnya, ia menjadi kerang rebus yang dijual murah bahkan di obral di pinggir-pinggir jalan.

Setelah menarik napas panjang, ayah saya melanjutkan, "Kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan dan merasakan rasa sakit, maka kamu akan menjadi kerang rebus atau orang murahan. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberikan manfaat kepada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan, maka kamu akan menjadi mutiara."

"Anakku..., kerang rebus dijual obral di pinggir jalan sementara mutiara dijual mahal, diletakkan di tempat terhormat dan dikenakan oleh orang-orang yang terhormat. Hidup adalah pilihan wahai anakku... kamu bisa memilih hendak menjadi kerang mutiara atau kerang rebus, semua terserah kamu." Ayah saya kemudian bertanya, "Kamu memilih menjadi apa, mil?" Maka, segera saya jawab, "Saya ingin menjadi kerang mutiara pak!"

Kelak, cerita itu sangat mempengaruhi perjalanan hidup saya. Ketika saya sekolah di sekolah lanjutan pertama, saya harus mencari biaya sendiri untuk membayar SPP. Selepas subuh, saya harus pergi ke kebun karet untuk mengambil latex dari perkebunan karet di PTP X. Pekerjaan itu bisa saya tuntaskan sebelum jam tujuh pagi.

Saya dibayar empat ribu perak selama sebulan. Karena pekerjaan itu, aroma tak sedap pasti menempel di tangan saya. Walau dicuci dengan sabun, aroma itu tetap tak hilang. Sesampainya di sekolah, sering tangan itu diludahin teman karena bau yang tak sedap itu. Bahkan, salah satu air ludah teman SMP saya itu pernah mengenai wajah saya. Sayapun menangis. Dalam suasana seperti itu, saya teringat cerita kerang mutiara dan kerang rebus dari ayah saya. Cerita itu telah membuat saya kuat menghadapi penghinaan teman SMP saya.

Ketika saya lelah mengayuh sepeda sepanjang 23 km menuju sekolah SMAN Way Halim di Bandar Lampung, sayapun teringat cerita ayah saya. Begitu pula ketika saya diterima kuliah di IPB. Saya dan ayah saya datang ke salah seorang yang kaya di kampung kami. "Alhamdulillah pak, Jamil diterima di IPB. Saya tidak punya uang untuk memberangkatkan dia. Tolong saya dipinjami uang tiga ratus ribu rupiah saja." Ayah saya membuka pembicaraan.

Sambil menghisap rokok, tuan rumah itu menjawab, "Wah hebat bisa diterima di IPB, tapi kalau nggak punya uang ya nggak usah panjang angan-angan. Sudah tahu miskin, nggak punya uang lha koq mau kuliah. Baru mau berangkat saja sudah pinjam. Bagaimana nanti biaya bulanannya? Apakah bertahun-tahun mau pinjam uang terus?"

Saya melihat ayah saya tertunduk. Saya tak tahu apa yang ada di benak ayah saya ketika itu. Tak terasa butiran air mengalir di pipi. Saya biarkan air mata itu mengalir, sebab saya merasa itu adalah air mata kerang belia yang sedang membungkus pasir yang masuk ke dalam tubuhnya. Saya memang telah memilih untuk menjadi kerang mutiara. Bagaimana dengan Anda?”

Sumber: Pak Jamil Azzaini (Inspirator Sukses Mulia)/http://www.jamilazzaini.com

Berbeda Bukan Berarti

Jika kita tidak berbeda, mungkin kita tidak akan pernah dipertemukan

Jika kita sama-sama putih, aku mungkin akan merindukan hitam

Jika kita sama-sama keras, mungkin kita akan patah saat berbenturan

Jika kita sama-sama diam, alangkah sepinya hidup ini

Jika kita tidak berbeda, mungkin aku akan bosan setengah mati

Kita memang berbeda, tapi bukan berarti tak bisa sejalan....

Demi Allah dan demi surga-Nya....

Tuk Sobatku yang Cantik

Sobatku yg Cantik...
Hati Ini Ingin Berbisik...
Tentang Janjiku Dulu...
Tuk Menyayangimu Slalu...
Namun Rasa Itu Tlah Berubah...
Seiring Hati yg Terasah...
Kini Aku Tetap Menyayangimu...
Tapi Bukan Lagi Rasa Yang Itu...
Ku Menyayangmu Karna Dirimu Muslimah...
Saudara Seiman yg Satu Akidah...
Semoga Dirimu Bahagia...
Di Akhirat Mendapat Surga...

Tatap Mata Sang Perawan

Tatap Mata Sang Perawan
Halus Menikam Jantung
Semburatkan Aura Merah
Gerah...
Hitamnya Asmara Membius Kalbu
Membuncahkan Buasnya Nafsu
Racunnya Menyesakkan dadaku
Pilu...

Pujangga Malam

Aku Ini Pujangga Malam
Mewujud Kala Surya Tenggelam
Saat Jiwa-Jiwa Tlah Lelah
Saat Raga Mulai Rebah
Syairku Bunyi di Malam Sunyi
Menjerit Keras Membelah Sepi
Temanku Bulan Sabit Hingga Purnama
Temanku Bintang Kecil Hingga Kejora
Kupinjam Cahayanya Tuk Nikmati Gelap
Kupinjam Kesetiaannya Tuk Menemani Hingga Lelap
Aku Pujangga Malam Ini
Menghilang Bersama Tetes Embun Pagi

Aku Jatuh Cinta

Aku Jatuh Cinta...
Sumpah! Aku Ingin Memilikimu...
Karena Hati Ini Telah Jatuh... Pada Hati...
Pada Hati yg Jujur...
Pada Hati yg Sederhana...
Pada Hati yg Penuh Kasih...
Pada Hati yg Setia...
Pada Hati yg Ikhlas...
Pada Hati yg Sabar...
Pada Hati yg Tegar...
Pada Hati yg Selalu Bersyukur...
Pada Hati yg Cinta Keadilan...
Pada Hati yg Menjunjung Tinggi Kebenaran...
Pada Hati yg Bercahaya...
Yang bergetar Ketika Nama Rabb-nya Disebut...
Aku Menyebutmu 'Hati-Hati yg Baik'...
Dan Sungguh, Aku Ingin Mendekapmu... Hingga Akhir Hidupku...

18 Mei 2011

MUHAMMAD AMIN AL HUSAINI DAN KEMERDEKAAN RI


Saudaraku sesama muslim, mungkin ada di antara kita yang sering bertanya, mengapa kita mesti ikut memikirkan Palestina dan membantunya? Alasan pertama karena mayoritas warga Palestina adalah muslim, jika mereka dilukai maka selayaknyalah kita sebagai sesama muslim berempati merasakan penderitaan saudara seiman kita di Palestina. Alasan yang kedua adalah seperti yang dikemukakan oleh tulisan berikut yang saya copy dari situs KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina).

------------------------------------------------------------------------------------------------

oleh : H. Ferry Nur S.Si, Sekjen KISPA

Syekh Muhammad Amin Al Husaini seorang ulama yang kharismatik, mujahid, mufti Palestina yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kaum muslimin serta negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, walaupun pada saat itu beliau sedang berjuang melawan imperialis Inggris dan Zionis yang ingin menguasai kota Al Quds, Palestina.

Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Amin bin Muhammad Thahir bin Musthafa Al Husaini gelar Mufti Falestin Al Akbar (Mufti Besar Palestina), lahir di Al Quds pada tahun 1893. Diangkat menjadi mufti Palestina pada tahun 1922 menggantikan saudaranya Muhammad Kamil Al Husaini.

Sebagai ulama yang berilmu dan beramal, memiliki wawasan yang luas, kepedulian yang tinggi, Syekh Muhammad Amin Al Husaini mengetahui dan merasakan penderitaan kaum muslimin di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia akibat penjajahan yang dilakukan kaum kolonial.

Dukungan terhadap kaum muslimin dan negeri-negeri muslim untuk merdeka dari belenggu penjajahan senantiasa dilakukan oleh Syekh Muhammad Amin Al Husaini, termasuk dukungan bagi kemerdekaan Indonesia.

Ketika tidak ada suatu negara dan pemimpin dunia yang berani memberi dukungan secara tegas dan terbuka terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia, maka dengan keberaniannya, Syekh Muhammad Amin Al Husaini mufti Palestina menyampaikan selamat atas kemardekaan Indonesia.

M. Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, didalam bukunya yang berjudul Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Penerbit Bulan Bintang Jakarta, 1980, hal. 40, menjelaskan tentang peranserta, opini dan dukungan nyata Syekh Muhammad Amin Al Husaini secara terbuka mengenai kemerdekaan Indonesia :

“Sebagai contoh, pada 6 September 1944, Radio Berlin berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar Palestina Amin Al Husaini (melarikan diri ke Jerman pada permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan ‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-luaskan, bahkan harian “Al Ahram” yang terkenal telitinya juga menyiarkan.”

Syekh Muhammad Amin Al Husaini dalam kapasitasnya sebagai mufti Palestina juga berkenan menyambut kedatangan delegasi “Panitia Pusat Kemerdekaan Indonesia” dan memberi dukungan penuh.

Peristiwa bersejarah tersebut tidak banyak diketahui generasi sekarang, mungkin juga para pejabat dinegeri ini. Sehingga tidak mengherankan ada suara yang sumir, minor, bahkan sinis ketika ada anak negeri ini membantu perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, membebaskan tanah airnya dan masjid Al Aqsha dari belenggu penjajah Zionis Israel.


“Kenapa kita mikirin negeri Palestina? Negeri sendiri saja banyak masalah!”.

Itulah ungkapan orang yang egois, orang yang berpikiran parsial, orang yang wawasannya hanya dibatasi teritorial yang sempit.

Kalimat tersebut diatas merupakan gambaran orang yang tidak pandai bersyukur, orang yang tidak pandai berterima kasih, ibarat pepatah mengatakan, ”seperti kacang lupa dengan kulitnya”.

Disinilah pentingnya mengenal dan mengetahui sejarah, sehingga tidak mudah dibodohi orang, ada kata-kata hikmah, “orang yang tahu sejarah akan punya ‘izzah”.

“Orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling banyak berterima kasih kepada manusia”. (HR. Thabrani).

“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih kepada manusia”.(HR. Abu Daud).

Seharusnya kita berfikir dan merenung, kenapa Indonesia, negeri yang subur dan memiliki sumberdaya alam yang melimpah, sumber daya manusia yang potensial tidak dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat? Mungkin salah satu sebabnya adalah karena kita tidak pandai bersyukur, tidak pandai berterima kasih.

Perhatikanlah peringatan Allah dalam Al Qur’an:

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih".(QS: Ibrahim/14:7).

Setelah berjuang tanpa kenal lelah, Syekh Muhammad Amin Al Husaini wafat pada tanggal 4 Juli 1974, di makamkan di pekuburan Syuhada’, Al Maraj, Beirut, Libanon.

Kaum muslimin dan tokoh pergerakan Islam menangisi kepergian ulama pejuang, pendukung kemerdekaan Indonesia, mufti pembela tanah waqaf Palestina, penjaga kemuliaan masjid Al Aqsha.
Semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahannya, menerima amal jihadnya dalam membela tempat suci kaum muslimin, kota Al Quds.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Semoga bermanfaat :)

Sumber: http://www.kispa.org/index.php/view/berita/datetimes/2008-08-19+11:48:43
"Di Tengah-Tengah 'Samudera Kesulitan' Selalu Ada Sebuah Pulau Yang Bernama 'Peluang Emas'..."