"Tak Seorang pun Dapat Memprediksi Seberapa Besar Sukses yang Akan Kita Capai, bahkan Kita Sendiri pun Tak Akan Pernah Tahu, Jika Kita Tak Pernah Memulai..."

29 Mei 2012

Kekuatan 'Mimpi'

Mungkin, 'mimpi' saya jualah yang membawa kembali untuk mengisi blog yang juga menjadi teman dalam memompa semangat dalam diri saya. Salah satu 'mimpi' saya ialah menjadi seorang penulis, ingin bisa berbagi ilmu maupun berbagi cerita yang positif. Dan, kemungkinan besar karena 'mimpi' itulah saya akhirnya kembali mewarnai blog ini :)

'Mimpi'. Kata tersebut sengaja saya beri tanda kutip karena mimpi yang dimaksud bukan berarti mimpi sebagai bunga tidur, melainkan 'mimpi' dalam arti cita-cita, visi, tujuan, ataupun harapan.

Mungkin masih lekat dalam ingatan Anda,kata-kata yang merupakan ikon kebanggan honda, "The Power of Dream", yang artinya 'Kekuatan Mimpi/Impian'. Ya, kekuatan mimpilah yang membuat Soichiro Honda bekerja keras untuk menciptakan sebuah mesin yang lebih unggul dari mesin-mesin yang ada pada zamannya. "kekuatan Mimpi' itu jualah yang akhirnya membuat honda menjadi ikon produk motor yang nyantol kuat dalam memori sebagian besar orang Indonesia. Saya sama sekali bukan ingin mengiklankan honda, tapi kekuatan mimpi honda merupakan salah satu contoh terbaik tentang kekuatan sebuah mimpi/impian.

Tanpa mimpi, visi, tujuan, atau harapan, manusia bisa terjebak dalam rutinitas yang membuatnya jalan di tempat. Tanpa mimpi, manusia mungkin bisa menjadi seperti robot yang kerjanya itu-itu saja sesuai program yang ditanamkan. Dengan bermimpi, berdoa, dan berusaha meraihnya, manusia bisa menjadi luar biasa.

Bung Tomo Ketuk Tentara Muslim India

Meskipun usianya baru 40-an, Aamir Khan kini bukan hanya aktor. Seperti juga Shah Rukh Khan yang usianya lebih muda, Aamir juga seorang produser. Bahkan, sekitar lima tahun lalu, dia telah membuat film berjudul Lagaan. Film sejarah saat rakyat India melawan penjajah Inggris ini kemudian terpilih masuk nominasi hadiah Oscar untuk katagori film asing.

Setelah itu, Aamir Khan absen dari dunia film India selama empat tahun. Selama waktu yang lama itu dia mempersiapkan produksi filmnya berjudul The Rising (Kebangkitan), yang pada bulan Agustus lalu, bersamaan dengan masa edarnya di India, di putar di sejumlah bioskop Indonesia. Dalam film ini Aamir Khan berperan sebagai Mangal Pandey, warga India yang jadi prajurit Inggris, kemudian memberontak.

Dia berontak karena merasa ditipu British East India Company (semacam VOC-nya Inggris), yang ketika pada 1856 memperkenalkan penemuan senapan jenis baru. Untuk ditembakkan bagian ujungnya harus digigit terlebih dulu, seperti saat kita sebelum mengisap cerutu (lisong). Setelah itu bubuk mesiunya dimasukkan ke senapan dan siap ditembakkan. Salah satu campuran yang harus digigit adalah lemak (gajih) sapi dan babi.

Mengetahui sebagian tentara lokalnya beragama Hindu yang sangat memuliakan binatang tersebut, dan Islam yang mengharamkan babi, Inggris merahasiakan campuran itu. Namun akhirnya kasus tersebut terbongkar, setelah ditemukan gudang tempat membuat peluru. Dipimpin Mangal Pandey, baik Hindu maupun Muslim, sama-sama berontak melawan Inggris.

Cerita hampir sama terjadi saat pasukan Sekutu dipimpin balatentara Inggris, yang pada 29 September 1945 mendartat di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Di antara pasukan Sekutu yang berasal dari India (waktu itu Pakistan dan Bangladesh belum muncul), banyak terdapat tentara beragama Islam. Mereka umumnya dari suku Pathan yang sangat taat memeluk Islam. Suku Pathan berasal dari perbatasan antara India dan Afganistan (Nort West Frontier Provinst), bermarga Khan, seperti yang banyak kita dapati nama bintang Bollywood.

Pasukan sekutu yang dipimpin Lord Louis Mounbatten itu bertugas untuk melucuti tentara Jepang, dan menduduki Indonesia. Konon, ketika tentara India dilibatkan dalam pasukan Sekutu, mereka yang beragama Islam minta ketegasan Inggris, karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Mereka akan menolak jika memerangi saudara-saudaranya seagama. Tapi Inggris dengan liciknya menyatakan, bahwa justru diberangkatkan ke Indonesia untuk membantu rakyatnya yang sedang berperang dengan orang kafir.

Diantara pasukan sekutu ada yang bertugas di Surabaya, umumnya dari Brigade 49/Divisi India ke-23 di bawah komando Brigade Jenderal AWS Mallaby. Ketika pihak Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang menyerahakan diri dengan mengangkat tangan paling lambat 10 November pukul 06.00, maka ultimatum itu dicuekin para pejuang. Dan, terjadilah peristiwa 10 Nopember 1945 hingga pihak Sekutu kewalahan menghadapi serangan para pejuang Indonesia. Terjadi pertempuran mati-matian. Sekutu mengerahkan lebih dari satu divisi infantri, yaitu Divisi India ke-5 beserta sisa Brigade Mallaby.

Diantara Brigade India, terdiri dari Hindu dan Muslim (waktu itu Pakistan belum terbentuk), disamping pasukan Gurkha. Dan, mereka yang beragama Islam tergetar hatinya ketika Bung Tomo, menyerukan takbir 'Allahu Akbar' mengajak para pejuamg berjihad mempertahankanm kemerdekaan. Pasukan India yang Muslim umumnya tidak bersedia memerangi saudaranya seagama. Bahkan ada yang lantas bergabung dengan para pejuang. Mereka merasa tertipu oleh Inggris, yang menjanjikan kedatangan mereka ke Indonesia untuk membantu rakyat memerangi kaum kafir. Apalagi setelah kemudian mereka masuk ke kampung-kampung, sambil bertanya 'Muslim?', yang oleh penduduk dijawab 'Muslim'.

Sepereti dituturkan Abdul Rachim Latif (65 tahun), warga keturunan India kelahiran Surabaya, pasukan Muslim India yang hengkang dari induk pasukannya kemudian tidak kembali lagi ke negaranya. Mereka kawin dengan wanita-wanita Indonesia. Mereka tinggal sedikit di luar kota Surabaya, di kawasan Bendul Merisi. Kini jadi Jl Bendul Marisi di belakang rumah sakit Dr Ramlan, Surabaya, berdekatan dengan Jl Jenderal Ahmad Yani Surabaya. Di sini, kata Abdul Rachim, ketika itu terdapat sekitar 100 KK pasukan Muslim India, yang kini sudah beranak cucu. Jasa mereka oleh pemerintah Indonesia tetap dihargai. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, tiap hari ulang tahun kemerdekaan RI mereka mendapat santunan. Hal yang sama juga diberikan pada masa Presiden Soeharto.

Bukan hanya di Surabaya, di Jakarta juga banyak tentara India Muslim yang tidak kembali ke negaranya, dan kemudian menjadi anggota TNI. Ketika menjadi pasukan sekutu, mereka akrab dengan penduduk dan juga datang ke rumah-rumah penduduk. Mereka juga shalat berjamaah dengan penduduk setempat. Mereka membagikan makanan dan barang-barang pada penduduk. Karena itu, saat revolusi fisik pasukan India yang Muslim tidak menjadi incaran tembak para pejuang.

(Alwi Shahab )

sumber : Republika, Minggu, 04 Desember 2005

Copy paste dari: http://bajul.blogspot.com/

29 April 2012

Sejarah Nabi Muhammad SAW - 2

Saat Rasulullah SAW berumur empat atau lima tahun, terjadi peristiwa pembelahan dada beliau. Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam didatangi Jibril, yang saat itu beliau sedang bermain-main dengan beberapa anak kecil lainnya. Jibril memegang beliau dan menelentangkannya, lalu membelah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari dada beliau, seraya berkata, “Ini adalah bagian syetan yang ada pada dirimu.” Lalu Jibril mencucinya di sebuah baskom emas dengan menggunakan air zamzam, kemudian menata dan memasukkannya ke tempatnya semula. Anak-anak kecil lainnya berlarian mencarai ibu susuannya dan berkata, “Muhammad telah dibunuh.” Mereka pun datang menghampiri beliau yang wajah beliau semakin berseri.

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu. Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan beliau hingga dia mengembalikannya kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta hingga berumur 6 tahun. Aminah merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal dunia dengan cara mengunjungi kuburannya di Yatsrib. Maka dia pergi dari Makkah untuk menempuh perjalanan sejauh 500 kilometer bersama putranya yang yatim, Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, disertai pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Abdul Muththalib mendukung hal ini. Setelah menetap selama sebulan di Madinah , Aminah dan rombongannya siap-siap untuk kembali ke Makkah. Dalam perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meningga dunia di Abwa’, yang terletak antara Makkah dan Madinah.

Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, Abdul Muththolib di Makkah. Perasaa kasih sayang di dalam sanubarinya terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk, cucunya yang harus menghadapi cobaan baru di atas lukanya yang lama.Hatinya bergetar oleh perasaan kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri. Dia tidak ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-anaknya. Ibnu Hisyam berkata, “Ada sebuah dipan yang diletakkan di dekat Ka’bah untuk Abdul Muththolib. Kerabat-kerabatnya biasa duduk-duduk di sekeliling dipan itu hingga Abdul Muththolib keluar ke sana, dan tak ada seorang pun di antara mereka yang berani duduk di dipan itu, sebagai penghormatan terhadap dirinya. Suatu kali selagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi anak kecil yang montok, beliau duduk di atas dipan itu. Tatkala Abdul Muththalib melihat kejadian ini, dia berkata, “Biarkan Anakku ini. Demi Allah, sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung, “ kemudian Abdul Mutholib duduk bersama beliau di atas dipannya, sambil mengelus punggung beliau dan senantiasa merasa gembira terhadap apa pun yang beliau lakukan.

Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kakek beliau meninggal dunia di Makkah. Abdul Muththolib sudah berpesan menitipkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya, Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau. Abu Thalib melaksanakan hak anak saudarnya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anak sendiri. Bahkan, Abu Thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau daripada anak-anaknya sendiri, mengkhususkan perhatian dan penghormatan. Hingga berumur lebih dari 40 tahun beliau mendapat kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup di bawah penjagaannya, rela menjalin persahabatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela diri beliau.

Ibnu Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, “Tatkala aku tiba di Makkah, orang-orang sedang dilanda paceklik. Orang-orang Quraisy berkata,” Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.Marilah kita berdoa meminta hujan.”

Maka Abu Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah-olah wajahnya adalah matahari yang membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan-pelan. Di sekitar Abu Thalib juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan memenempelkan punggungnya ke dinding Ka’bah. Jari-jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya bersih dari mendung, tiba-tiba mendung itu datang dari seluruh penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras, hingga lembah-lembah terairi dan ladang-ladang menjadi subur. Abu Thalib mengisyaratkan hal ini dalam syair yang dibacakannya,
“Putih berseri meminta hujan dengan wajahnya Penolong anak yatim dan pelindung wanita janda.”

Selagi usia Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencapai dua belas tahun, dan ada yang berpendapat, lebih dua bulan sepuluh hari, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang dengan tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, sebuah daerah yang sudah termasuk Syam dan merupakan ibukota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang-orang Arab, sekalipun di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Di negeri ini ada seorang Rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama aslinya adalah Jurjis. Tatkala rombongan singgah di daerah ini, sang Rahib menghampiri mereka dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dari sifat-sifat beliau.
Sambil memegang tangan beliau, sang Rahib berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.” Abu Thalib bertanya, “Dari mana engkau tahu hal itu?”
Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tak ada pepohonan dan bebatuan pun melainkan mereka tunduk bersujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku bisa mengetahuinya dari cincin nubuwah yang berada di bagian tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.”

Kemudian Rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanan ke Syam karena dia takut gangguan dari pihak orang-orang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama pemuda agar kembali lagi ke Makkah.

13 April 2012

Kisah Bekas Kenek Jadi Pengusaha Sukses di London


Suara Pance Pondaag menyanyikan Demi Kau dan Si Buah Hati menemani Firdaus Ahmad menyetir Mercedes 120 CDI di jalanan London yang padat pada suatu siang akhir Februari lalu. Mobil jembar yang sanggup mengangkut sepuluh orang itu adalah kendaraan "dinas" laki-laki 54 tahun ini dari rumah ke restorannya.

Nusa Dua Restaurant berdiri di sudut Dean Street 11, Soho, di jantung ibu kota Inggris itu. Bangunan tiga lantai ini satu-satunya restoran Indonesia di kawasan belanja dan tempat nongkrong anak-anak muda itu. "Sejak Presiden Barack Obama datang ke Indonesia, menu favorit di sini nasi goreng," kata Daus.

Selain itu, ada banyak makanan khas Indonesia di daftar menu: ayam kremes, sayur asem, sambal terasi, tahu isi, soto ayam, tempe, dan kerupuk udang. Saya makan di sana ketika restoran masih tutup menjelang sore. Tapi, di depan pintu, pelanggan dari pelbagai ras yang akan makan malam sudah antre mengular.

Resto ini adalah buah kerja keras Daus selama 20 tahun. Ia tiba di London pada akhir 1981 dengan tiket pesawat yang dikirim saudaranya, sopir di Kedutaan Besar Indonesia di London. Daus nekat berangkat ke Inggris karena penghasilan sebagai kondektur angkutan kota Kampung Melayu-Bekasi tak menentu.

Mendarat di Bandar Udara Heathrow yang sibuk, lulusan SMA 1 Indramayu ini termangu dua jam. Ia tak tahu jalan keluar. Ia amati setiap penumpang. Asumsinya, orang yang kusut pasti baru mendarat setelah penerbangan yang jauh. Ia ikuti mereka menyeret koper. "Saat itu saya baru tahu arti 'exit' itu keluar," katanya, terbahak.

Daus lalu bekerja di restoran Indonesia sebagai pencuci piring. Tapi resto ini tak berumur lama. Pemiliknya ketahuan mengakali pajak. Pemerintah mengambil alih dan menjualnya. Pembelinya adalah tukang masak asal Malaysia. Resto itu kini jadi rumah makan Asia yang tukang masaknya adalah pemilik lama, bekas majikan Daus.

Seorang pengusaha Singapura kemudian mendirikan Nusa Dua Restaurant. Daus diajak bergabung dan naik pangkat jadi chef. Tapi perkongsian ini hanya bertahan tiga tahun. Pengusaha itu tak sanggup membayar cicilan modal. Royal Bank of Scotland (RBS) menyitanya. Daus kelimpungan tak punya pekerjaan.

Pada 1991 ia sudah menikahi Usya Suharjono, perempuan manis yang tengah kuliah kesekretariatan di London. Ayah Usya adalah wartawan radio BBC seksi Indonesia. Ia mengikuti orang tuanya ke London setelah lulus SMA 2 Jakarta Pusat pada 1983. Daus punya ide mengambil alih Nusa Dua.

Usya maju sebagai negosiator dengan bank karena ia fasih berbahasa Inggris. Daus hingga kini masih gagap. Kepada tiga anaknya, ia berbicara dalam bahasa Indonesia, tapi dijawab dalam bahasa Inggris. Usya membujuk bahwa resto itu merugikan RBS karena tak mendatangkan untung, sementara pajak tetap harus dibayar.

Daus meyakinkan mereka akan mengelola rumah makan dengan jaminan membayar cicilan 1.000 pound tiap bulan tepat waktu. ”Jika tahun pertama pembayaran tak jelas, bank silakan ambil alih lagi,” katanya. Deal. RBS ternyata setuju.

Sejak itu, Daus yang pegang kendali. Ia belanja, ia memasak, ia pula yang melayani pembeli. Karena makanan racikannya enak, pelanggan lama kembali, dan pembeli baru berdatangan. Restorannya mulai untung dengan omzet 10 ribu pon (Rp 140 juta) setiap pekan. Dalam waktu enam tahun, utang 100 ribu pound lunas.

Tabungannya mulai kembung. Daus membeli sebuah rumah seluas 300 meter persegi seharga Rp 5,2 miliar di sudut jalan dekat sekolah anaknya. Rumah sembilan kamar itu kini disewakan kepada pelancong asal Indonesia dengan tarif 19,5 pound semalam. Meski tak ada papan nama, orang tahu rumah bata merah di sudut jalan kompleks elite Colindale itu ”Wisma Indonesia”.

Daus-Usya tinggal tak jauh dari situ. Tiga mobil nangkring di garasi. Semuanya Mercedes yang harga satu unitnya rata-rata Rp 1,4 miliar. Daus kerap bolak-balik London-Bekasi untuk menengok keluarga besarnya di Jatiasih.

Setelah semua pencapaian ini, Daus hanya punya satu cita-cita: pulang kampung setelah anak-anaknya mandiri dan membuat taman pendidikan agama untuk anak-anak miskin.

Sumber:http://www.tempo.co/read/news/2012/04/11/089396254/Kisah-Bekas-Kenek-Jadi-Pengusaha-Sukses-di-London

10 April 2012

Raja Romawi dan Musuh Berakhlak Agung

REPUBLIKA.CO.ID, Ibnu Abbas RA berkata bahwa Abu Sufyan bin Harb bercerita kepadanya, bahwa Heraclius -- Raja Rumawi Timur yang memerintah tahun 610 – 630 M -- berkirim surat kepada Abu Sufyan. Sang raja menyuruhnya datang ke Syam bersama kafilah saudagar Quraisy.

Waktu itu, Rasulullah SAW sedang dalam perjanjian damai dengan Abu Sufyan dan dengan orang-orang kafir Quraisy. Perjanjian damai itu dikenal sebagai Perjanjian Hudaibiyah yang dibuat tahun 6 H.

Mereka datang menghadap Heraclius di Ilia -- Baitul Maqdis, Jerusaalem. Abu Sufyan dan romobongan diterima Heraclius dan pembesar-pembesar Rumawi. Heraclius memanggil orang-orang Quraisy itu beserta Jurubahasanya.

Heraclius berkata, "Siapa di antara Anda yang paling dekat hubungan kekeluargaannya dengan laki-laki yang mengaku dirinya Nabi itu?"

"Saya ! Saya keluarga terdekat dengannya," jawab Abu Sufyan.

''Suruh dekat-dekatlah dia kepadaku. Dan suruh pula para sahabatnya duduk di belakangnya".

Kemudian berkata Heraclius kepada juru bahasa, "Katakan kepada mereka bahwa saya akan bertanya kepada orang ini (Abu Sufyan). Jika dia berdusta, suruhlah mereka mengatakan bahwa dia dusta".

"Demi Allah ! Jika tidaklah aku takut akan mendapat malu, karena aku dikatakan dusta, niscaya maulah aku berdusta," kata Abu Sufyan.

"Bagaimanakah turunannya di kalanganmu?" tanya Heraclius.

"Dia turunan bangsawan di kalangan Kami".

"Pernahkah orang lain sebelumnya mengumandangkan apa yang telah dikumandangkannya?" tanya Heraclius lagi.

"Tidak pernah".

"Adakah di antara nenek moyangnya yang menjadi Raja?"

"Tidak!" jawab Abu Sufyan.

"Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa?" tanya Heraclius.

"Hanya terdiri dari orang biasa-orang biasa".

"Apakah pengikutnya semakin bertambah atau berkurang?"

"Bahkan selalu bertambah".

''Adakah mereka yang Murtad, karena mereka benci kepada agama yang dipeluknya itu?"

"Tidak !"
Heraclius, "Adakah yang menaruh curiga kepadanya dia berdusta sebelum dia mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang ?"

"Tidak !"

"Pernahkan dia melanggar janji?"

"Tidak! dan sekarang, kami sedang dalam perjanjian damai dengan dia. Kami tidak tahu apa yang akan diperbuatnya dengan perjanjian itu," kata Abu Sufyan. "Tidak dapat aku menambahkan kalimat lain agak sedikitpun selain kalimat itu (Jawab Abu Sufyan tidak dicukupkanya saja dengan kata "Tidak", tetapi ditambahkannya bahwa ia tidak tahu apakah Nabi Muhammad masih setia kepada janjinya atau tidak. Seakan-akan terbayang baginya kalau-kalau Nabi Muhammad melanggar janji setelah meninggalkan Mekkah).

Heraclius, "Pernahkah kamu berperang dengannya ?"

"Pernah."

"Bagaimana peperanganmu itu?"

''Kami kalah dan menang silih berganti. Dikalahkannya kami dan kami kalahkan pula dia."

''Apakah yang diperintahkannya (Muhammad SAW) kepada kamu sekalian?"

"Dia menyuruh kami menyembah Allah semata-mata, dan jangan mempersekutukan-Nya. Tinggalkan apa yang diajarkan nenek moyangmu! Disuruhnya kami menegakkan Shalat, berlaku jujur, sopan (teguh hati) dan mempererat persaudaraan".


****

Heraclius berkata kepada jurubahasanya, "Katakan kepadanya (AbuSufyan), saya tanyakan kepadamu tentang turunannya (Muhammad), kamu jawab dia bangsawan tinggi. Begitulah Rasul-rasul yang terdahulu, diutus dari kalangan bangsawan tinggi kaumnya".

"Adakah salah seorang di antara kamu yang pernah mengumandangkann ucapan sebagai yang diucapkannya sekarang?" Jawabmu, Tidak.

Kalau ada seseorang yang pernah mengumandangkan ucapan yang diucapkannya sekarang, niscaya aku katakan, "Dia meniru-niru ucapan yang diucapkan orang dahulu itu".
Saya tanyakan, "Adakah di antara nenek moyangnya yang jadi raja?" Jawabmu, Tidak Ada.

Kalau ada di antara nenek moyangnya yang menjadi raja, niscaya kukatakan, "Dia hendak menuntut kembali kerajaan nenek moyangnya".

Saya tanyakan, "Adakah kamu menaruh curiga kepadanya bahwa ia dusta, sebelum ia mengucapkan apa yang ia ucapkannya sekarang ?" Jawabmu, Tidak.
Saya yakin, dia tidak akan berdusta terhadap manusia apalagi kepada Allah.

Saya tanyakan, "Apakah pengikutnya terdiri dari orang-orang mulia ataukah orang-orang biasa ?" Jawabmu, Orang-orang biasa.
Memang, mereka jualah yang menjadi pengikut Rasul-rasul.

Saya tanyakan, "Apakah pengikutnya bertambah banyak atau semakin kurang ?" Jawabmu, Mereka bertambah banyak. Begitulah halnya IMAN hingga sempurna.

Saya tanyakan, Adakah di antara mereka yang murtad karena benci kepada agama yang dipeluknya, setelah mereka masuk ke dalamnya ?" Kamu jawab, Tidak .
Begitulah Iman, apabila ia telah mendarah-daging sampai ke jantung-hati.

Saya tanyakan, "adakah ia melanggar janji ?" Kamu jawab, Tidak.

Begitu jualah segala Rasul-rasul yang terdahulu, mereka tidak suka melanggar janji. Saya tanyakan, "Apakah yang disuruhkanya kepada kamu sekalian ?"
Kamu jawab, Ia menyuruh menyembah Allah semata-mata, dan melarang mempersekutukan-Nya. Dilarang pula menyembah berhala, disuruhnya menegakkan shalat, berlaku jujur dan sopan (teguh hati).

“Jika yang kamu terangkan itu betul semuanya, niscaya dia akan memerintah sampai ketempat aku berpijak di kedua telapak kakiku ini. Sesungguhnya aku telah tahu bahwa ia akan lahir. Tetapi aku tidak mengira bahwa dia akan lahir diantara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin akan dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku telah berada di dekatnya, akan kucuci kedua telapak kakinya,'' ujar Heraclius.


***

Kisah ini sebenarnya masih berlanjut kepada surat yang diberikan Rasulullah kepada Heraclius untuk ikut kedalam keislaman. Dan seterusnya walaupun pada akhirnya Heraclius menyangkal secara tindakan dikarenakan para pembesar Romawi yang tidak mau beriman, namun didasar hatinya dia telah mengakui kehadiran Nabi Muhamad sebagai utusan Allah SWT.

Subhanallah, walhamdulillah, wa laillaha illallah, wallahu akbar. Begitulah riwayat keagungan akhlak Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Tidak hanya mendamaikan hati para sahabat, dan ummatnya saja, tetapi keagungannya sekaligus menggetarkan musuh sampai ke hati sanubarinya.

Beliau begitu dihormati oleh kawan maupun lawan. Saat ini kita sangatlah rindu akan pemimpin berakhlak mulia, kita mendambakan pemimpin yang benar-benar mencontoh beliau.

Salam alaika wahai Rasul, salam alaika habib Alloh, rindu kami padamu. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga yaumil akhir.

Aamiin Ya Rabb Al Amin.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik disisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.


Ustaz Erick Yusuf: pemrakarsa Training iHAQi – Integrated Human Quotient
twitter: @erickyusuf

Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/celoteh-kang-erick/12/03/30/m1pdp1-raja-romawi-dan-musuh-berakhlak-agung

20 Februari 2012

Asap Tembakau juga "Ayat" Tuhan

Pagi ini saya membaca tulisan di Koran Sindo yang bagi saya cukup mencerahkan, mengenai asap tembakau yg ternyata bermanfaat bagi makhluk hidup lain.
Tulisan ini ditulis oleh Pak Ahmad Sobary. Silakan menyimak dan semoga bermanfaat....

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saya tiba di Desa Sukorejo, Weleri,Kendal, Jawa Tengah, siang hari. Saat masih ada di Kota Semarang tadi, udara terasa panas,tapi di Sukorejo sejuk dan malamnya dingin minta ampun.


Desa itu terletak di lereng Gunung Perahu yang memproduksi tembakau dan sayur-sayuran,jagung dan buahbuah jambu, yang kelihatan agak istimewa. Ada juga kebun kakao di sana sini, di ladang-ladang yang udaranya dingin itu.Semuanya milik petani setempat. Kakao mereka rusak dimakan hama yang menggagalkan panenan yang didambakan petani. Kerusakan terjadi pada buah. Buah muda sakit dan busuk. Buah setengah tua sakit dan membusuk. Begitu buah yang sudah tua, yang merah warnanya.

Ketika busuk, tampak warga agak gelap, lalu mengering, dan tak berguna buat apa pun. Ibu Gretha, dengan dua asistennya, membantu petani memerangi hama itu. Dua asisten menyiapkan tembakau untuk dibakar dengan cara khusus dan asapnya disemprotkan pada pohon-pohon kakao yang sakit tadi. Itulah pengobatan dengan menggunakan asap tembakau, yang dikerjakan dengan cekatan. Mas Sidiq dan Mas Aziz,dua asisten andalan Bu Gretha,”memetakan” lokasi untuk menentukan dari sudut mana permulaan pengasapan dimulai.

Mereka berkonsultasi dengan Bu Gretha dari dulu tentang pengobatan tanaman itu. Beberapa petani setempat sibuk membantu menempatkan dan kemudian memindahmindah alat pembakaran tembakau dari satu tempat ke tempat lain di kebun tersebut. Petani, pemilik kebun itu, pernah menceritakan kerusakan tanaman kakaonya kepada Bu Gretha yang dengan ringan hati menolongnya. Pak Taufik, kepala desa,juga hadir di lokasi. Sebelumnya sudah dijelaskan kepada para petani bahwa asap tembakau mampu mengusir jenis-jenis tanaman yang merusak ladang mereka.

Selebihnya, asap tembakau mempersubur tanah. Di Kalimantan Tengah Bu Gretha sudah melakukan suatu “uji coba”.Tanah gambut yang kering dan gersang— yang tak bisa diharap banyak— berkat sentuhan pengasapan tembakau, tanah berubah menjadi subur. Ada tanaman singkong, kacang tanah, tembakau, dan sayur-sayuran yang bagus sekali perkembangannya. Ibu Gretha mengatakan bahwa produksi pertanian bisa meningkat tiga kali lipat dari biasanya sesudah tanah diasapi dengan asap tembakau tadi. Malam sebelumnya petani setempat datang ke klinik Bu Gretha dan mereka berdialog tentang tanaman.



Bagi orang yang kritis dan sangat sensitif, akan segera terasa bahwa mungkin Bu Gretha sedang mengiklankan produknya. Tapi bukan itu faktanya. Saya bisa memastikan—mungkin lebih bagus “menjamin”— demi kebenaran bahwa dia tidak sedang pasang iklan. Dia tak punya produk siap pakai yang tiap saat tersedia.Produknya tidak untuk dijual.Sampai saat ini apa yang dilakukannya ialah meyakinkan orang banyak, di sana-sini, dengan memberikan bukti nyata bahwa tanaman yang diasapi tembakau dan yang tidak sangat beda dilihat dari segi kesuburan dan kesehatan maupun produknya.

Sesudah diasapi, tanaman menjadi jauh lebih subur, lebih sehat, dan produksinya lebih banyak.Pendek kata, tanaman yang diasapi itu lebih sehat karena asap tadi membunuh hama yang merusaknya. Selebihnya,sekali lagi,tanah menjadi lebih subur dan asap tembakau yang dibakar itu, di udara,tak meninggalkan setitik pun kotoran. Tak ada dan tak bakal ada polusi udara yang diakibatkan oleh pengasapan tembakau tadi. Tanaman sangat membutuhkan asap tersebut. Tanaman yang parah sekali sakitnya membutuhkan obat—pengasapan tadi—lebih banyak dibandingkan tanaman yang sakitnya relatif lebih ringan,lebih terbatas.

Saya sangat awam di bidang pengobatan tanaman meskipun saya memiliki keterampilan alami bercocok tanam dan mengurus tanaman. Apa yang saya tanam selalu subur dan buahnya memuaskan. Tapi mengobati tanaman, boleh dibilang, saya orang “buta huruf”. Maka di tengah kesibukan petani, Bu Gretha, dan asisten-asistennya tadi, saya berusaha selalu dekat, mengamati secara cermat, dan bertanya. Bu Gretha menjelaskan perputaran asap dan mekanisme alami penyembuhan tanaman kakao yang sakit tadi.

Asap itu memiliki partikel-partikel yang kecil dan karena kecilnya, dia bisa menembus suatu objek dengan cepat sekali.Partikel pada penyakit yang parah memiliki sifat “menerima” kedatangan asap tadi. Elektromagnetiknya besar.Tapi karena sakit,partikel itu terasa padat dan seolah menolak asap tadi. Maka, kata Bu Gretha, asap berembus dulu ke arah lain, ke bagian-bagian tanaman yang penyakitnya lebih sedikit. Proses penyembuhan bermula di situ.Tapi tak lama kemudian, asap pun beralih ke tempat di mana terdapat penyakit yang tanamannya lebih banyak.

Pelan-pelan, partikel-partikel asap itu terserap oleh bagian yang partikelnya padat tadi dan asap pun kemudian berputar lagi ke tempat lain. Saat itu,tanaman yang sakitnya sedikit dan yang sakitnya banyak sudah hampir sama saja. Keduanya sudah mampu menyerap asap dengan baik dan pelan-pelan penyembuhan terjadi. Tanaman akan sembuh total dan buahnya akan sehat. Asap tembakau bukan hanya untuk menyehatkan tanaman.

Penyembuhan tanaman ditempuh Bu Gretha baru beberapa saat akhir-akhir ini. Sebelumnya, berpuluh tahun lalu,dia sudahgigih menyembuhkan orangorang sakit kanker, yang tak mampu membayar biaya rumah sakit yang mahal, atau membantu para penderita kanker yang sudah sangat parah, yang para dokter tak mampu menanganinya. Di tangan Bu Gretha, pasien yang divonis dokter hanya akan mampu bertahan hidup selama enam bulan ternyata sembuh total dan segar bugar. Penyembuhan dengan asap tembakau ini membuat saya merasa perlu mencatat.

Agaknya atau “mungkin”atau “rupanya”, bisa juga “ternyata”,ilmuilmu Allah dalam bidang kesehatan belum seluruhnya dilimpahkan kepada dunia kesehatan modern. Allah hanya membukakan sedikit rahasia ilmu-Nya kepada mereka. Selebihnya diberikan pada kemampuan “tradisional”, yang jauh lebih tua. Orang Indian di Amerika sejak berabad-abad lalu menggunakan tembakau sebagai obat. Kita, di kampung, menggunakan tembakau untuk berbagai jenis obat pula. Tembakau bukan racun terkutuk. Tuhan menciptakannya untuk sesuatu yang mulia bagi kemanusiaan.

Maka ada baiknya para dokter bersikap rendah hati di hadapan Allah untuk memahami bahwa bukti empirik mengenai tembakau sebagai obat itu ternyata juga sebuah “ayat”yang layak dibaca dengan hati. Syukur dengan sedikit hati-hati.

M SOBARY
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan. Email: dandanggula@hotmail.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/470746/

12 Januari 2012

REFLEKSI KELAS DUNIA

Oleh: Rhenald Kasali di harian Seputar Indonesia
Menurut PBB, tahun ini adalah tahun koperasi. Bangsa-bangsa besar,tak ketinggalan Thailand dan Malaysia, berlomba-lomba menunjukkan kepada dunia, mereka pun memiliki koperasi kelas dunia.Bagaimana Indonesia?

Bukankah kita lagi asyik dengan UMKM nonkoperasi? Untuk menjadi pegangan para pelaku koperasi, International Cooperative Alliance (ICA) mengeluarkan peta yang berisi daftar 300 koperasi kelas dunia. Di dalam daftar itu terdapat koperasi-koperasi besar seperti Credit Agricole Group (Prancis), Zen Noh (Jepang), Rabo Bank (Belanda), California Dairies (Amerika Serikat/ AS), IFFO (India), Fair Price (Singapura), dan Bank Rakyat (Malaysia). Semula saya berharap akan ada beberapa koperasi Indonesia yang masuk dalam daftar itu,tetapi saya harus kecewa menerima kenyataan tidak ada.

Padahal, kurang apa ya negeri ini? Penduduk prasejahtera masih banyak, kementerian yang menangani khusus koperasi juga ada,APBN-nya pun disediakan. Tidak ada badan hukum usaha lain yang diajarkan di sekolah sejak SD selain koperasi.Koperasi juga dijadikan praktik di sekolah-sekolah. Indonesia juga tidak kurang mengenal tokoh-tokoh koperasi, termasuk pendiri negeri ini Bung Hatta. Sementara di Inggris, Belanda, dan AS yang sangat kapitalis, koperasi justru berjaya.Ada apa gerangan?

Ideal dan Komersial

Di Harvard, bila Anda sempat, mampirlah ke toko buku dan suvenir kampus. Anda akan menemukan sebuah toko besar yang dikelola secara profesional. Mahasiswa dan pengunjung menyebutnya COOP yang artinya koperasi.Adalah hal yang biasa bila orang menyebut coop-number yang berarti nomor keanggotaan dalam koperasi. Mereka adalah pemegang saham sekaligus pelanggan, mengeluarkan uang dan mendapat dividen.

Di Inggris,gerakan koperasi juga tak kalah hebatnya.Adalah biasa orang menyebut vivid number yang berarti nomor keanggotaan koperasi. Salah satu kelompok usaha berbasis koperasi yang besar adalah The Co-Operative Group yang bergerak dalam spektrum usaha yang sangat luas dengan 3 juta anggota dan 4.500 gerai. Mereka bergerak dalam bidang ritel, makanan, asuransi, perbankan, travel, farmasi, jasa pemakaman, jasa hukum, investasi, toko online, listrik, dan hotel. Di Indonesia kita mengenal Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) yang masih memiliki gedung bertingkat di jalan bergengsi di Jakarta, tetapi kiprahnya sudah lama tak terdengar.

Demikian pula Puskowan Jati yang sangat populer di Jawa Timur, Koperasi Unit Desa Setia Kawan di Nangkojajar, koperasi-koperasi susu, Inkopad, Inkopal dan Inkopol serta Inkopau. Tapi semakin hari koperasi di sini mulai jarang disebut.Apalagi, dukungan pemerintah pada sektor pertanian menyusut, lahanlahan pertanian menyempit, dan usaha yang sarat subsidi (seperti pupuk) berpindah ke tangan para makelar dan orang-orang partai politik. Mudah-mudahan saya salah dan saya berharap koperasikoperasi kita gegap gempita seperti di era Orde Baru.

Namun,di sisi lain,saya mendengar ada secercah harapan, yaitu berkembangnya koperasikoperasi simpan pinjam (KSP) yang banyak menggarap sektor microfinance. KSP-KSP ini bisnisnya berkembang karena dikelola secara profesional dengan manajemen mirip perbankan. Hanya saja tak semua sektor microfinancedikuasai koperasi. KSP harus bekerja lebih keras lagi karena mereka harus berhadapan dengan bank-bank besar, bank-bank asing, lembaga- lembaga keuangan mikro, BPR,dan tentu saja KSP asing dari Bangladesh, India, dan Eropa.

Refleksi Kelas Dunia

ICA menyebutkan di seluruh dunia, usaha koperasi menyangkut kepentingan lebih dari 1 miliar penduduk dunia yang terlibat baik sebagai anggota, konsumen maupun pengurus dan pegawai. Dari global 300 koperasi dunia saja, penghasilan yang diciptakan telah mencapai USD1,6 triliun,yang berarti setara dengan produk domestik bruto (PDB) salah satu negara nomor 9 terbesar di dunia. Ke-300 koperasi kelas dunia itu ada di 25 negara dengan penghasilan terbesar,yaitu ada di Prancis (28%), AS (16%), Jerman (14%), Jepang (8%), Belanda (7%), Inggris (4%), Swiss(3,5%), Italia (2,5%) Finlandia (2,6%),Korea (2%) dan Kanada (1,75%).

Kalau di negara-negara kapitalisme itu saja koperasi bisa menjadi besar, mengapa di Indonesia tidak? Apakah mungkin karena koperasi telah salah dibina birokrat-birokrat yang tak paham bisnis sehingga terlalu kental aturan dan masalah ideal saja? Atau jangan-jangan cara pengelolaannya yang masih–– maaf–– primitif, berpikir kecil,merasa miskin dan kurang berani merekrut kaum profesional? Atau bisa juga bidangbidang usaha yang ditekuni sangat terbatas pada bidangbidang usaha bernilai tambah rendah sehingga masih bermimpi mengandalkan tangan pemerintah? Semua mungkin saja.

Tapi marilah kita berefleksi dengan melihat apa yang dilakukan oleh koperasi-koperasi kelas dunia. Pada dasarnya, kata kelas dunia itu sendiri adalah kata yang rancu dan sangat mudah dipakai sekadar untuk “kerenkerenan” saja. Padahal, kata kelas dunia mencerminkan sesuatu yang “besar”. Kata “besar” itu sendiri bisa berwujud luas,mulai dari aset,pasar,pendapatan, jumlah pegawai hingga jangkauan usaha dan seterusnya. Namun belakangan saya melihat kecenderungan kata “besar” dalam status kelas dunia mulai ditinggalkan karena banyak usaha-usaha yang besar menimbulkan masalah.

“Besar” dari ukuran-ukuran tadi ternyata identik dengan kerakusan, skandal, arogansi, tidak bersahabat (dengan pelanggan dan society), dan bahkan “besar” identik dengan kesejahteraan semu (illusionary wealth). Setiap kali terjadi krisis, lembaga-lembaga usaha yang “besar” selalu menjadi beban bagi suatu bangsa karena tidak fleksibel, terlalu hierarkis, terlalu I-Centric,banyak utang,terlibat masalah-masalah etika dan salah urus.Padahal “besar” juga berarti magnet, yang menarik orang-orang terbaik, lulusan universitas-universitas terkemuka dan seterusnya.

Oleh karena itulah pengertian kelas dunia mulai bergeser. Ia bukanlah urusan besar dan peringkat prestasi keuangan melulu.Para ahli melihat, kata “respect”,“admire” (dihormati, dikagumi) menjadi lebih bermakna dan lebih diterima.Jadi, ukurannya bukan lagi sekadar value (nilai, angka), melainkan juga values (bernilai, bermakna, kearifan). Value adalah sasaran dari kapitalisme, sedangkan gabungan value dan values adalah miliknya koperasi. Koperasi kelas desa biasanya terpukau dengan “values” belaka sehingga jalan di tempat, sedangkan koperasi kelas dunia menyeimbangkan keduanya.

Bahkan dengan bekal values–nya itu, mereka berjuang keras menjadi role model dalam industri masing-masing seperti menjalani prinsip-prinsip crackership dalam konsep Cracking Zone. Saya masih punya rekaman kuat saat tinggal beberapa minggu di sebuah desa di kaki Gunung Bromo lebih dari 20 tahun lalu. Di sana saya berdialog dengan para peternak susu dan pengurus Koperasi Susu Setia Kawan.Sebuah desa yang hidup, ceria, dan penduduknya sejahtera karena koperasi.

Pengurus-pengurus koperasi aktif mencari formula- formula baru dalam berbagai hal.Mereka mencari cara agar sapi-sapi mereka sehat dan produktif, mengembangkan teknologi, pakan ternak, dan alat transportasi susu yang terbebas dari kerusakan kualitas dan seterusnya. Tapi di sisi lain,mereka juga aktif membangun masyarakat, merekatkan nilai-nilai, mengubah perilaku-perilaku buruk warisan Ken Arok dan Kebo Ijo (dalam sejarah Singosari), membuat para peternak nakal lebih jujur dan tak mencampur susu dengan air atau santan, menciptakan kegembiraan di antara penduduk saat menyetor susu, serta membentuk cara-cara pengelolaan uang yang sehat.

Rakyatnya sehat dan sejahtera, koperasi juga sehat dan sejahtera.Tapi untuk menjadi role model, tuntutannya tentu lebih besar lagi.Koperasi tak boleh berpuas diri menjadi pemain- pemain kelas desa,sebab seperti KSP-KSP, mereka juga berhadapan dengan sistem ekonomi liberal yang memaksa mereka unggul dalam bersaing. Koperasi harus kompetitif dan dikelola dengan mengikuti zamannya.

Koperasi harus menjadi matahari dengan magnet yang kuat untuk menarik the best talent, the best produk,dan the best system . Selamat merayakan Tahun Internasional Koperasi dan jadilah warga dunia berkelas yang dihormati.
"Di Tengah-Tengah 'Samudera Kesulitan' Selalu Ada Sebuah Pulau Yang Bernama 'Peluang Emas'..."