Pagi ini saya membaca tulisan di Koran Sindo yang bagi saya cukup mencerahkan, mengenai asap tembakau yg ternyata bermanfaat bagi makhluk hidup lain.
Tulisan ini ditulis oleh Pak Ahmad Sobary. Silakan menyimak dan semoga bermanfaat....
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya tiba di Desa Sukorejo, Weleri,Kendal, Jawa Tengah, siang hari. Saat masih ada di Kota Semarang tadi, udara terasa panas,tapi di Sukorejo sejuk dan malamnya dingin minta ampun.
Desa itu terletak di lereng Gunung Perahu yang memproduksi tembakau dan sayur-sayuran,jagung dan buahbuah jambu, yang kelihatan agak istimewa. Ada juga kebun kakao di sana sini, di ladang-ladang yang udaranya dingin itu.Semuanya milik petani setempat. Kakao mereka rusak dimakan hama yang menggagalkan panenan yang didambakan petani. Kerusakan terjadi pada buah. Buah muda sakit dan busuk. Buah setengah tua sakit dan membusuk. Begitu buah yang sudah tua, yang merah warnanya.
Ketika busuk, tampak warga agak gelap, lalu mengering, dan tak berguna buat apa pun. Ibu Gretha, dengan dua asistennya, membantu petani memerangi hama itu. Dua asisten menyiapkan tembakau untuk dibakar dengan cara khusus dan asapnya disemprotkan pada pohon-pohon kakao yang sakit tadi. Itulah pengobatan dengan menggunakan asap tembakau, yang dikerjakan dengan cekatan. Mas Sidiq dan Mas Aziz,dua asisten andalan Bu Gretha,”memetakan” lokasi untuk menentukan dari sudut mana permulaan pengasapan dimulai.
Mereka berkonsultasi dengan Bu Gretha dari dulu tentang pengobatan tanaman itu. Beberapa petani setempat sibuk membantu menempatkan dan kemudian memindahmindah alat pembakaran tembakau dari satu tempat ke tempat lain di kebun tersebut. Petani, pemilik kebun itu, pernah menceritakan kerusakan tanaman kakaonya kepada Bu Gretha yang dengan ringan hati menolongnya. Pak Taufik, kepala desa,juga hadir di lokasi. Sebelumnya sudah dijelaskan kepada para petani bahwa asap tembakau mampu mengusir jenis-jenis tanaman yang merusak ladang mereka.
Selebihnya, asap tembakau mempersubur tanah. Di Kalimantan Tengah Bu Gretha sudah melakukan suatu “uji coba”.Tanah gambut yang kering dan gersang— yang tak bisa diharap banyak— berkat sentuhan pengasapan tembakau, tanah berubah menjadi subur. Ada tanaman singkong, kacang tanah, tembakau, dan sayur-sayuran yang bagus sekali perkembangannya. Ibu Gretha mengatakan bahwa produksi pertanian bisa meningkat tiga kali lipat dari biasanya sesudah tanah diasapi dengan asap tembakau tadi. Malam sebelumnya petani setempat datang ke klinik Bu Gretha dan mereka berdialog tentang tanaman.
Bagi orang yang kritis dan sangat sensitif, akan segera terasa bahwa mungkin Bu Gretha sedang mengiklankan produknya. Tapi bukan itu faktanya. Saya bisa memastikan—mungkin lebih bagus “menjamin”— demi kebenaran bahwa dia tidak sedang pasang iklan. Dia tak punya produk siap pakai yang tiap saat tersedia.Produknya tidak untuk dijual.Sampai saat ini apa yang dilakukannya ialah meyakinkan orang banyak, di sana-sini, dengan memberikan bukti nyata bahwa tanaman yang diasapi tembakau dan yang tidak sangat beda dilihat dari segi kesuburan dan kesehatan maupun produknya.
Sesudah diasapi, tanaman menjadi jauh lebih subur, lebih sehat, dan produksinya lebih banyak.Pendek kata, tanaman yang diasapi itu lebih sehat karena asap tadi membunuh hama yang merusaknya. Selebihnya,sekali lagi,tanah menjadi lebih subur dan asap tembakau yang dibakar itu, di udara,tak meninggalkan setitik pun kotoran. Tak ada dan tak bakal ada polusi udara yang diakibatkan oleh pengasapan tembakau tadi. Tanaman sangat membutuhkan asap tersebut. Tanaman yang parah sekali sakitnya membutuhkan obat—pengasapan tadi—lebih banyak dibandingkan tanaman yang sakitnya relatif lebih ringan,lebih terbatas.
Saya sangat awam di bidang pengobatan tanaman meskipun saya memiliki keterampilan alami bercocok tanam dan mengurus tanaman. Apa yang saya tanam selalu subur dan buahnya memuaskan. Tapi mengobati tanaman, boleh dibilang, saya orang “buta huruf”. Maka di tengah kesibukan petani, Bu Gretha, dan asisten-asistennya tadi, saya berusaha selalu dekat, mengamati secara cermat, dan bertanya. Bu Gretha menjelaskan perputaran asap dan mekanisme alami penyembuhan tanaman kakao yang sakit tadi.
Asap itu memiliki partikel-partikel yang kecil dan karena kecilnya, dia bisa menembus suatu objek dengan cepat sekali.Partikel pada penyakit yang parah memiliki sifat “menerima” kedatangan asap tadi. Elektromagnetiknya besar.Tapi karena sakit,partikel itu terasa padat dan seolah menolak asap tadi. Maka, kata Bu Gretha, asap berembus dulu ke arah lain, ke bagian-bagian tanaman yang penyakitnya lebih sedikit. Proses penyembuhan bermula di situ.Tapi tak lama kemudian, asap pun beralih ke tempat di mana terdapat penyakit yang tanamannya lebih banyak.
Pelan-pelan, partikel-partikel asap itu terserap oleh bagian yang partikelnya padat tadi dan asap pun kemudian berputar lagi ke tempat lain. Saat itu,tanaman yang sakitnya sedikit dan yang sakitnya banyak sudah hampir sama saja. Keduanya sudah mampu menyerap asap dengan baik dan pelan-pelan penyembuhan terjadi. Tanaman akan sembuh total dan buahnya akan sehat. Asap tembakau bukan hanya untuk menyehatkan tanaman.
Penyembuhan tanaman ditempuh Bu Gretha baru beberapa saat akhir-akhir ini. Sebelumnya, berpuluh tahun lalu,dia sudahgigih menyembuhkan orangorang sakit kanker, yang tak mampu membayar biaya rumah sakit yang mahal, atau membantu para penderita kanker yang sudah sangat parah, yang para dokter tak mampu menanganinya. Di tangan Bu Gretha, pasien yang divonis dokter hanya akan mampu bertahan hidup selama enam bulan ternyata sembuh total dan segar bugar. Penyembuhan dengan asap tembakau ini membuat saya merasa perlu mencatat.
Agaknya atau “mungkin”atau “rupanya”, bisa juga “ternyata”,ilmuilmu Allah dalam bidang kesehatan belum seluruhnya dilimpahkan kepada dunia kesehatan modern. Allah hanya membukakan sedikit rahasia ilmu-Nya kepada mereka. Selebihnya diberikan pada kemampuan “tradisional”, yang jauh lebih tua. Orang Indian di Amerika sejak berabad-abad lalu menggunakan tembakau sebagai obat. Kita, di kampung, menggunakan tembakau untuk berbagai jenis obat pula. Tembakau bukan racun terkutuk. Tuhan menciptakannya untuk sesuatu yang mulia bagi kemanusiaan.
Maka ada baiknya para dokter bersikap rendah hati di hadapan Allah untuk memahami bahwa bukti empirik mengenai tembakau sebagai obat itu ternyata juga sebuah “ayat”yang layak dibaca dengan hati. Syukur dengan sedikit hati-hati.
M SOBARY
Esais, Anggota Pengurus Masyarakat Bangga Produk Indonesia, untuk Advokasi, Mediasi, dan Promosi. Penggemar Sirih dan Cengkih, buat Kesehatan. Email: dandanggula@hotmail.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/470746/